Cek Data: Benarkah Anjloknya IHSG Hanya Berpengaruh pada Segelintir Orang Kaya?

Muhammad Almer Sidqi
1 April 2025, 09:42
Cek Data: Benarkah Anjloknya IHSG Hanya Berpengaruh pada Segelintir Orang Kaya?
ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/nz
Warga memantau pergerakan saham melalui gawainya di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat menghentikan perdagangan sementara, alias trading halt akibat indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 5 persen pada perdagangan Selasa (18/3) pukul 11.19 WIB.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok hingga menyentuh level di bawah 6.000 pada perdagangan Senin, 24 Maret lalu. Itu adalah titik terendah IHSG sejak krisis pandemi Covid-19. Pekan lalu, 18 Maret, Bursa Efek Indonesia bahkan sempat menghentikan perdagangan sementara (trading halt) karena indeks amblas hingga lebih dari 5%.

Kontroversi

Presiden Prabowo Subianto menyebut guncangan pasar saham hanya berpengaruh pada segelintir orang. Sembari berguyon, saat sidang kabinet 21 Maret lalu, dia juga menyindir beberapa menterinya di Kabinet Merah Putih yang notabene orang-orang kaya, yang stres lantaran IHSG anjlok. 

Prabowo pun menyebut-nyebut Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait, Menteri kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, dan Menteri Investasi Rosan Roeslani sebagai contoh orang-orang yang terdampak dengan penurunan IHSG.

Pada 4 Desember 2024 lalu, saat berpidato di Pembukaan Sidang Tanwir Muhammadiyah, Prabowo juga bercerita, seseorang bilang kepadanya kalau IHSG turun karena keputusan pemerintah menjalankan program Makan Bergizi Gratis. 

“Saya nggak punya saham. Dan rakyat di desa-desa tidak punya saham. Kalau saham jatuh, (yang terdampak) ya pemain-pemain bursa itu,” kata Presiden. Lalu dia berkelakar menanyakan siapa di antara menteri-menterinya yang bermain saham. 

Faktanya

Investor di pasar modal tak melulu orang kaya. Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per Februari 2025, menunjukkan 37,8% dari 15,5 juta total investor individual di pasar modal Indonesia berasal dari kelompok masyarakat dengan pengeluaran di bawah Rp10 juta per bulan. 

Jika menggunakan definisi Badan Pusat Statistik, maka kategori investor itu berasal dari kelas menengah yang memiliki rentang pengeluaran Rp2,04 juta hingga Rp9,9 juta per bulan. 

Kelompok investor dengan pengeluaran terendah menduduki urutan kedua setelah kelompok investor dengan pengeluaran Rp10 juta - Rp100 juta per bulan (45,9%). Jika digabung, ada 83,7% investor berasal dari kelompok dengan pengeluaran di bawah Rp100 juta, menunjukkan bahwa pasar modal di negara ini didominasi oleh investor retail dengan daya beli yang terbatas.

Sementara itu, investor dengan pengeluaran berkisar Rp100 - Rp500 juta hanya berkisar 13%. Adapun mereka yang berpenghasilan lebih dari Rp500 juta hanya sekitar 3,3%. Investor bermodal besar, dengan kata lain, terbilang sangat sedikit.

Jika dirinci berdasarkan pekerjaannya, pegawai negeri, swasta, dan guru menjadi yang terbanyak (34,4%). Diikuti oleh pelajar dan mahasiswa yang sebanyak 21,8% dan pengusaha 20%. Dalam jumlah yang lebih kecil, ada juga ibu rumah tangga (5,9%).

Dari beragam kelompok itu, pengusaha memang punya aset terbanyak, yakni sebesar Rp514,6 triliun. Namun, jika kelompok pegawai, pelajar, dan ibu rumah tangga—yang merepresentasikan kalangan bawah dan menengah—asetnya digabung, jumlahnya mencapai Rp522,9 triliun. Dengan jumlah aset yang signifikan, kelompok-kelompok ini bakal ikut terdampak dengan anjloknya IHSG. 

Data yang sama bahkan menunjukkan hampir setengah dari investor di pasar modal memiliki tingkat pendidikan maksimal SMA (48,5%). Ini juga menunjukkan investasi di pasar modal tidak hanya terbatas pada kalangan berpendidikan tinggi saja. 

Secara total KSEI mencatat ada 15,5 juta investor yang memiliki single investor identification (SID). Dari jumlah tersebut, sebanyak 15,4 juta atau 99,71% dari total pemilik SID adalah investor individual atau retail. Sedangkan investor korporasi hanya 0,17% atau 25.701 investor.

Meski masih didominasi dari Pulau Jawa (69,65%), investor pasar modal sudah tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Investor dari Sumatera punya persentase yang lumayan signifikan dengan 15,29%. 

Dalam porsi yang lebih sedikit, investor pasar modal juga ada di Sulawesi, Kalimantan, NTT, hingga Papua. Jika ditotal, persentase investor dari Indonesia Tengah dan Timur itu mencapai 15,03%. Ini bisa menandakan kalau investor pasar modal tersebar di banyak tempat, termasuk di desa-desa.  

Pertumbuhan jumlah investor pasar modal di Indonesia sangat pesat lima tahun terakhir. Pada 2019, jumlah investor pasar modal hanya 2,48 juta, lalu hanya dalam tempo dua tahun saja melonjak hingga tiga kali lipat menjadi 7,48 juta pada 2021.

Jumlahnya terus meningkat hingga mencapai lebih dari 15 juta SID menurut data teranyar. Tren pertumbuhan positif ini menunjukkan investasi semakin menjadi bagian dari gaya hidup keuangan masyarakat Indonesia secara luas, apa pun kelasnya. 

Referensi: 

Katadata. 2025. INFOGRAFIK: 15 Juta Investor Pasar Modal Harap-harap Cemas (diakses 26 Maret 2025)

KSEI. 2025. Statistik Pasar Modal Indonesia (diakses 26 Maret 2025)

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...