Merger dan Akuisisi Perusahaan Teknologi Melonjak 118% saat Pandemi

Desy Setyowati
16 Maret 2021, 15:34
Riset: Merger dan Akuisisi Perusahaan Teknologi Naik 118% saat Pandemi
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Karyawan melihat telepon selulernya dengan latar belakang gedung bertingkat di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (5/2/2021).

Riset PwC bertajuk Global M&A Industry Trends menunjukkan, volume merger dan akuisisi perusahaan teknologi global meningkat 34% secara tahunan (year on year/yoy) pada semester II 2020. Dari sisi nilai, meningkat 118%.

“Pertumbuhan aktivitas merger dan akuisisi subsektor teknologi dan telekomunikasi merupakan yang tertinggi,” demikian isi laporannya, dikutip Selasa (16/3).

Volume merger dan akuisisi perusahaan telekomunikasi naik 15%. Sedangkan nilainya meningkat hampir 300%, karena adanya tiga transaksi jumbo.

Secara keseluruhan, volume merger dan akuisisi sepanjang semester II 2020 meningkat 18%. Sedangkan nilainya naik 94%.

Peningkatan terjadi karena ada 56 transaksi jumbo atau lebih dari US$ 5 miliar pada paruh kedua tahun lalu. Pada semester pertama 2020, jumlahnya hanya 27.

Berdasarkan wilayah, volume transaksi di Amerika Serikat (AS) naik 20%. Sedangkan Asia Pasifik serta Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) masing-masing meningkat 17%.

Global Deals Industries Leader, Partner, PwC AS Brian Levy menilai, pandemi corona dinilai mendorong transaksi merger dan akuisisi. “Akselerasi digitalisasi dan transformasi bisnis langsung menjadi prioritas utama. Merger dan akuisisi pun dipandang sebagai cara tercepat untuk mewujudkan ini,” kata dia dalam siaran pers.

Didorong oleh faktor makroekonomi, aset-aset dengan permintaan tinggi menciptakan valuasi yang lebih besar dan memperketat persaingan. Faktor yang dimaksud meliputi suku bunga rendah, melimpahnya modal tersedia, serta keinginan untuk mengakuisisi bisnis inovatif, berbasis digital atau yang mendukung teknologi.

PwC mencatat, modal tersedia dari kalangan perusahaan dalam bentuk surat berharga dan tunai lebih dari US$ 7,6 triliun. Sedangkan dari korporasi ekuitas swasta US$ 1,7 triliun.

“Ada begitu banyak modal di luar sana. Bisnis yang bagus dapat menciptakan kelipatan nilai yang tinggi dan mendapatkan modal. Jika ini terus berlanjut, dan saya yakin itu akan terjadi, maka  kebutuhan untuk melipatgandakan upaya penciptaan nilai semakin relevan, demi merger dan akuisisi yang sukses,” kata Global Deals Leader, Partner, PwC Spanyol Malcolm Lloyd.

PwC mencontohkan industri manufaktur yang terpukul pandemi corona. Perusahaan di sektor ini mengubah operasional. “Jika kelangsungan model bisnisnya menghadapi tantangan di masa depan, perusahaan mungkin mencari peluang konsolidasi atau restrukturisasi demi mempertahankan nilai,” demikian isi laporan.

PwC Indonesia Advisory Partner Triono Soedirdjo menilai, konsolidasi bertujuan mendorong pertumbuhan. “Persaingan untuk mendapatkan aset yang baik akan semakin meningkat dan risiko pembayaran bakal lebih tinggi,” ujar.

Salah satu skema yang banyak dipilih yakni merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus atau SPAC. Pada tahun lalu, SPAC atau perusahaan cek kosong mengumpulkan sekitar US4 70 miliar dan menyumbang separuh lebih IPO di AS.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...