Alibaba Target Transaksi Lazada di Asia Tenggara Rp 1.433 Triliun
Alibaba Group Holding Ltd. menargetkan transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) di platform Lazada di Asia Tenggara US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.433 triliun. Lazada pun membidik lebih dari 300 juta pengguna.
Perusahaan asal Cina itu berinvestasi di e-commerce Singapura, Lazada Group pada 2016. “Alibaba ingin Lazada melayani lebih dari 300 juta pengguna pada akhirnya,” demikian isi presentasi yang diunggah di situs web dikutip dari Bloomberg, Jumat (17/12).
Alibaba dinilai menetapkan target ambisius di Asia Tenggara guna mengimbangi hambatan di Cina. Beijing memang memperketat pengawasan terhadap raksasa teknologi.
Pemerintah Tiongkok mengeluarkan setidaknya tujuh regulasi yang menyasar raksasa teknologi, sebagai berikut:
- Aturan anti-monopoli yang baru
- Aturan terkait kredit mikro berbasis digital
- Membatasi anak bermain gim online
- Memperketat aturan konten di game online hingga video on-demand (VoD). Salah satunya melarang konten yang menampilkan pria bernampilan feminin
- Melarang fan ‘mengejar bintang’ secara tidak rasional di media sosial
- UU Keamanan data yang baru
- Redistribusi kekayaan
Alibaba pun beberapa kali didenda oleh pemerintah Cina. Raksasa e-commerce ini mencatatkan penurunan laba bersih 81% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III.
Laba Alibaba turun dari 28,77 miliar yuan pada kuartal III 2020 menjadi 5,37 miliar yuan atau US$ 833 juta.
Sedangkan di Asia Tenggara, GMV Lazada meningkatkan menjadi sekitar US$ 21 miliar atau sekitar Rp 302 triliun selama 12 bulan terakhir. Namun, nilai ini jauh di bawah Shopee dari Sea Group yang mencapai US$ 56 miliar selama kuartal IV 2021.
Sea yang didukung oleh Tencent menaikkan perkiraan pendapatan e-commerce tahunan untuk kedua kalinya tahun ini. Itu menggarisbawahi bagaimana pandemi corona mendorong belanja online.
Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2021 memperkirakan, nilai ekonomi digital di Asia Tenggara mencapai US$ 174 miliar atau sekitar Rp 2.480 triliun tahun ini. Ini berdasarkan GMV lima sektor, yakni e-commerce, berbagi tumpangan (ride hailing) dan pesan-antar makanan, media digital, online travel, serta finansial.
Di Asia Tenggara, GMV e-commerce diprediksi melonjak 62% yoy menjadi US$ 120 miliar pada tahun ini dan naik 18% menjadi US$ 234 miliar pada 2025. Satu dari dua pembeli di Asia Tenggara menunjukkan frekuensi pembelian yang lebih tinggi sejak pandemi corona.