Aruna Ungkap Tantangan Terbesar Startup Perikanan Indonesia
Ekonomi maritim diperkirakan berkontribusi Rp 1.212 triliun atau 11,31% ke Produk Domestik Bruto (PDB) 2020 menurut kajian BRIN. Namun startup perikanan seperti Aruna dan eFishery menghadapi sejumlah tantangan.
Co-Founder sekaligus CEO Aruna Farid Naufal Aslam berbagi pengalaman selama membangun startup yang berfokus pada kelautan. Menurutnya, tantangan paling signifikan yakni sumber daya manusia (SDM).
Itu termasuk menarik dan mempertahankan pekerja terampil, mengatasi angkatan kerja yang menua, serta mempromosikan keragaman dan inklusi.
Maritim pun menjadi salah satu sektor yang paling banyak merekrut pekerja asing. Rinciannya sebagai berikut:
Perbedaan budaya di berbagai pulau juga menjadi tantangan lain, karena terkadang sulit untuk mendekati masyarakat dan menyamakan solusi. Oleh karena itu, Farid menyarankan perusahaan startup menghadirkan pendekatan berbeda di setiap wilayah, meskipun solusinya sama.
“Cara kami melibatkan masyarakat dan bagaimana kami melestarikan lingkungan adalah hal terpenting untuk memastikan keterlibatan masyarakat dalam program,” kata Farid saat diskusi dalam peluncuran Climate Impact Innovations Challenge oleh East Ventures dan Temasek Foundation, dikutip dari keterangan pers, Kamis (30/3).
Selain itu, sebagian besar proses perikanan masih sangat tradisional. Aruna menemukan masih banyak nelayan yang menyelam tanpa peralatan memadai dan menangkap ikan tanpa alat tangkap yang sesuai.
Hal itu mengakibatkan kurangnya efisiensi. “Kami perlu mengedukasi dan mendigitalisasi nelayan untuk meningkatkan produktivitas. Efisiensi akan meningkat setelah mereka mengadopsi alat,” tambah Farid.
Pembangunan infrastruktur juga penting untuk mendukung industri maritim, terutama terkait navigasi termasuk mercusuar, sistem radar, GPS, dan teknologi lain yang membantu navigasi kapal secara aman dan efisien.
Secara keseluruhan, menurutnya industri maritim memiliki potensi pertumbuhan dan inovasi yang sangat besar. Sektor ini juga akan terus memainkan peran penting dalam ekonomi dan masyarakat global.
Meski industri maritim rentan terhadap gangguan, Farid menilai inovasi menjadi kunci keberhasilan. “Cari peluang untuk memperkenalkan teknologi atau proses baru yang dapat membantu Anda menonjol dari pesaing,” katanya.
Bagi founder startup, bos Aruna itu menekankan untuk tidak takut berkolaborasi. Menjadi kompetitif itu penting namun ada juga solusi yang saling melengkapi.
Kolaborasi antara sektor swasta dan publik juga dapat mendukung pertumbuhan industri maritim dengan menyediakan pendanaan, penelitian dan pengembangan, berinvestasi dalam infrastruktur, mengembangkan bakat, dan mempromosikan industri.
Aruna menjangkau lebih dari 190 lokasi dan hampir 50.000 nelayan dalam hub, tempat para nelayan bertransaksi di desa atau tambak nelayan
Startup perikanan itu berfokus mendiversifikasi produk untuk menambah komoditas ke dalam pasar, mendistribusikan dan meluncurkan produk bernilai tambah, serta menguasai pangsa pasar di beberapa komoditas.
Aruna juga melihat potensi pasar di Eropa. Perusahaan rintisan yang didukung East Ventures ini sudah menjual produk sejumlah negara, namun yang terbesar yakni Amerika dan Cina.
“Kami mau memperluas pasar ke Eropa dan Australia,” kata Co-Founder sekaligus Chief Sustainability Officer Aruna Utari Octavianty kepada Katadata.co.id pada Januari. “Semoga bisa akhir tahun ini.”