Banyak Startup Penyedia Sayuran Tutup, Apa Penyebabnya?

Lenny Septiani
8 Mei 2023, 14:32
startup tutup, startup penyedia sayuran
Katadata/Desy Setyowati
E-commerce kilat atau quick commerce

Setidaknya hampir 20 startup tutup di Indonesia, dan sebagian besar bergerak di bidang penyedia sayur-sayuran hingga kebutuhan sehari-hari. Apa penyebabnya?

Yang terbaru, startup e-grocery Tumbasin menyatakan tutup operasional per 2 Mei. “Terima kasih sudah bersama menggerakkan pasar tradisional dengan memilih belanja melalui Tumbasin,” kata perusahaan dalam unggahan di Instagram resmi, Selasa (2/5).

Berikut daftar startup tutup dan bangkrut di Indonesia sejak ada pandemi corona:

  1. Penyedia layanan Video on Demand (VoD) Hooq
  2. Penyedia layanan jasa Beres.id
  3. Gojek menutup GoFood Festival dan GoLife
  4. Startup penyedia sayur dan bahan bokok Brambang
  5. Penyedia gim online Mobile Premier League (MPL)
  6. Startup penyedia sayur dan bahan bokok Sayurbox menutup toko offline dan bisnis di dua lokasi
  7. Startup penyedia sayur dan bahan bokok Tanihub menutup layanan business to consumer (B2C)
  8. Aplikasi navigasi transportasi umum Trafi
  9. Startup kripto Blocknom
  10. Startup penyedia sayur dan bahan bokok HappyFresh sempat tutup, namun beroperasi kembali setelah mendapatkan pendanaan
  11. Traveloka menutup beberapa layanan
  12. Startup quick commerce atau belanja kilat Bananas
  13. Startup e-commerce Elevenia
  14. Startup e-commerce JD.ID
  15. RateS (tutup gudang sementara)
  16. Fave
  17. Danafix
  18. DishServe
  19. Tumbasin

Sementara itu, perusahaan rintisan yang menyatakan kebangkrutan atau startup bangkrut sebagai berikut:

  1. E-commerce furnitur Fabelio
  2. E-commerce busana atau fashion Sorabel
  3. Penyedia bahan baku bagi restoran Stoqo
  4. Penyedia layanan akomodasi AiryRooms
  5. Fintech lending atau pinjaman online UangTeman
  6. Startup coworking space CoHive
  7. Startup grocery Tumbasin

Alasan Startup E-Grocery Ramai Tutup

Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro menyampaikan ada dua faktor yang mempengaruhi startup penyedia sayuran dan sembako tutup, yakni:

  1. Perilaku konsumen yang sudah berubah
  2. Perilaku belanja di Indonesia berbeda dengan negara lain

Peluang dari pandemi Covid-19 diambil sebagai kesempatan besar oleh para pelaku startup. “Selama pandemi corona, konsumen tidak punya pilihan belanja selain berbelanja online,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, Senin (8/5).

Saat kasus Covid-19 di Indonesia tinggi, muncul banyak startup quick commerce. Perusahaan rintisan ini menyediakan layanan pemesanan hingga pengantaran kebutuhan pokok hitungan menit dan jam.

Hal itu menimbulkan persaingan ketat dengan pemain yang sudah mapan di pasar.

Selain itu, kini masyarakat masif berbelanja di mal. “Akibatnya, model bisnis quick commerce di Indonesia menjadi tidak berkelanjutan,” ujarnya.

Tantangan lain startup e-grocery, termasuk quick commerce yakni kesulitan menjaga kualitas dan ketersediaan produk. “Banyak startup yang sadar bahwa ada banyak kesulitan dalam menjaga kualitas dan ketersediaan produk, apalagi dalam hal startup dengan model bisnis quick commerce,” kata Eddi.

Menurutnya, startup quick commerce di Indonesia perlu berevolusi, seperti:

  • Meningkatkan efisiensi operasional dan mengoptimalkan rantai pasokan
  • Membangun merek dan reputasi yang kuat
  • Menciptakan nilai tambah bagi pelanggan
  • Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

Reporter: Lenny Septiani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...