AstraZeneca Pakai AI Kembangkan Obat Kanker
AstraZeneca mengembangkan antibodi untuk melawan kanker menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Produsen obat Inggris-Swedia ini pun menandatangani kesepakatan US$ 247 juta atau sekitar Rp 3,8 triliun dengan Absci Corporation Amerika Serikat.
Dana kesepakatan itu mencakup down payment untuk Absci, pendanaan penelitian dan pengembangan, pembayaran milestone, serta royalti atas penjualan produk.
Financial Times melaporkan, AstraZeneca memanfaatkan teknologi AI Absci untuk analisis protein berskala besar yang bertujuan menemukan terapi onkologi. Perusahaan memang ingin menggantikan kemoterapi kanker dengan obat generasi terbaru.
Senior Vice President Biologics Engineering Research and Development AstraZeneca Puja Sapra mengatakan, kolaborasi dengan Absci merupakan kesempatan menarik untuk menggunakan AI dalam menciptakan antibodi kanker.
"AI memungkinkan kami meningkatkan keberhasilan dan kecepatan proses penemuan biologi, serta meningkatkan keragaman biologi yang kami temukan," kata Sapra dikutip dari Financial Times, Minggu (3/12).
"Kami menerapkan AI di seluruh proses penemuan dan pengembangan, dengan membangun kemampuan internal dan melalui kolaborasi seperti dengan Absci,” Sapra menambahkan.
Pendiri sekaligus CEO Absci Sean McClain mengatakan, penerapan prinsip-prinsip teknik untuk penemuan obat meningkatkan potensi keberhasilan dan pengurangan waktu yang dihabiskan untuk pengembangan.
Absci memiliki laboratorium penelitian AI di New York. Perusahaan AI ini menghasilkan data eksklusif dengan mengukur jutaan interaksi antar-protein.
Data tersebut digunakan untuk melatih model AI generatif yang bertujuan merancang dan memvalidasi antibodi yang layak atau protein yang menargetkan zat asing di dalam tubuh.
Namun, kedua perusahaan belum mengungkapkan secara pasti jenis kanker apa yang akan mereka teliti.
Pada Oktober, AstraZeneca mengumumkan hasil uji klinis untuk pengobatan baru untuk kanker paru-paru dan payudara. Hasil itu dipuji sebagai pencapaian besar.
Obat anti-tumor yang menggunakan berbagai teknologi, merupakan subjek kolaborasi yang signifikan antara perusahaan farmasi multinasional terkemuka dan perusahaan-perusahaan kecil yang melakukan penelitian mutakhir.
Pada September, Moderna menyepakati kesepakatan dengan potensi lebih dari US$ 1,7 milyar dengan Immatics dari Jerman untuk mengembangkan vaksin dan terapi kanker. Perusahaan Jerman ini menggunakan teknologi yang disebut reseptor sel T untuk menargetkan protein terkait kanker.