Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga untuk Stabilitas Ekonomi

Muhammad Taufik
Oleh Muhammad Taufik - Tim Publikasi Katadata
10 Agustus 2022, 15:05
Gedung Bankk DBS
Bank DBS

Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,5 persen, dengan berpatokan pada angka inflasi inti yang terkendali dan surplus perdagangan yang kuat.

Sejauh ini BI memandang stabilitas ekonomi masih menjadi prioritas, dan keputusan mengulur kenaikan suku bunga acuan ini adalah antisipasi dari risiko gejolak lebih besar di pasar global.

Radhika Rao, ekonom senior Bank DBS Asia dalam laporan riset bertajuk ”High Subsidy Budget Leaves Bank Indonesia with More Headroom” mengatakan performa rupiah yang cenderung baik, surplus transaksi berjalan, serta tingginya surplus neraca perdagangan membuat tekanan eksternal tidak begitu berdampak terhadap perekonomian Indonesia.

”Kondisi tersebut juga memberikan ruang lebih bagi BI untuk mengulur kenaikan suku bunga acuan, sehingga BI akan mempertahankan suku bunga acuan utama di kisaran 3,5 persen.” Ujar Rao.

Rao mengatakan perubahan penting dalam lanskap global dan domestik telah memberi penilaian ekonomi khusus bagi bank sentral. Melihat pertumbuhan global dari keseluruhan, perkiraan pertumbuhan ekonomi kemungkinan dipotong dari 3,5 persen yoy menjadi 2,5 persen yoy.

”Sementara pada pertumbuhan domestik dipatok di angka 4,9 persen untuk 2022 (4,5 persen – 5,3 persen),” ujar Rao.

Di samping itu, Bank Indonesia menaikkan Rasio Persyaratan Cadangan (RRR) dan mewajibkan bank memberikan 7,5 persen dari cadangan mereka pada Juli dan 9 persen mulai September untuk menyerap likuiditas.

Kebijakan ini merupakan perubahan dari penetapan tiga kenaikan RRR sebelumnya secara bertahap di 2022 dari 3,5 persen menjadi 6,5 persen pada September.  

”Penggunaan RRR ini ditujukan untuk pemberi pinjaman konvensional dan sebagai upaya menyerap likuiditas dengan cara yang tidak mengganggu,” tambah Rao.

Menurut Rao dalam laporan bertajuk ”Bank Indonesia Extends Pause On Rates, Bides Time” peningkatan RRR akan menormalisasi kondisi uang tunai yang akan mencapai 9 persen serapan pinjaman di kuartal terakhir 2022.

Sejauh ini RRR dilaporkan telah menyerap senilai Rp 219 triliun likuiditas, dan BI juga telah mengurangi kepemilikan obligasinya.

”Ada sekitar Rp 390 miliar Surat Berharga Negara (SBN) yang dijual. Ini sebuah langkah untuk penyesuaian langsung dengan kondisi.”

Rao memperkirakan situasi perekonomian tidak berubah terlalu jauh, termasuk pertumbuhan 4,5-5,3 persen untuk tahun ini, dan defisit transaksi yang berjalan di kisaran -0,5-1,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Di luar itu, inflasi 2022 diprediksi terlihat sedikit lebih tinggi dari 4 persen tetapi akan kembali ke kisaran 2-4 persen pada 2023.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...