Wall Street melemah pada Selasa (19/9) karena sentimen yang membebani ketika bank sentral Amerika Serikat (AS) mengadakan pertemuan kebijakan moneter dua hari yang sangat dinanti-nantikan.
Wall Street ditutup sedikit berubah pada hari Senin (18/9) karena pelaku pasar menantikan keputusan Federal Reserve AS untuk mempertahankan suku bunga utama tidak berubah pada keputusan Rabu (20/9).
Head of Research Team & Strategist Mirae Asset Robertus Hardy mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menembus level 7.000 bahkan lebih tinggi lagi pada tahun ini.
Rupiah melemah pada pembukaan pasar hari ini, Kamis (7/9). Rupiah berpotensi terus melemah di tengah data PMI jasa AS yang baik, yang memicu kekhawatiran inflasi dan naiknya suku bunga the Fed.
BI mengeluarkan sejumlah instrumen baru untuk menjaga stabilitas rupiah tanpa menaikkan suku bunga di tengah ketidakpastiaan akibat arah kebijakan The Fed.
Beberapa negara telah menurunkan suku bunga meski bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve kemungkinan masih akan menaikkan suku bunga buan depan.
Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell mengatakan, mereka kemungkinan masih perlu menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi yang masih terlalu tinggi.
BI menyebut upaya dedolarisasi atau mengurangi ketergantungan dolar AS melalui kerja sama penggunaan mata uang lokal atau LCT penting di tengah berbagai tantangan global.
BI melihat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve berpotensi menaikkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR) hingga 50 basis poin (bps) pada September mendatang.