Induk usaha Shopee Kehilangan Rp 288 T Akibat Pemblokiran Free Fire

Fahmi Ahmad Burhan
16 Februari 2022, 09:59
Shopee, sea group, free fire
shopee
Ilustrasi. Investor Sea Group khawatir pemblokiran bisa merembet ke aplikasi e-commerce, Shopee di India.

Induk Shopee, Sea Group kehilangan kapitalisasi pasar harian lebih dari US$ 16 miliar atau Rp 228 triliun setelah India memblokir game besutannya Free Fire. Investor Sea Group khawatir pemblokiran bisa merembet ke aplikasi e-commerce, Shopee di India.

Dikutip dari Bloomberg, saham Sea di bursa New York, Amerika Serikat (AS) anjlok lebih dari 18% pada perdagangan Senin (14/2) setelah pemblokiran Free Fire di India. Saham Sea telah kehilangan hampir dua pertiga nilainya sejak Oktober dan kehilangan kapitalisasi pasar Rp 228 triliun.

Anjloknya nilai pasar Sea karena investor semakin khawatir dengan kondisi pemblokiran Free Fire di India. Menurut investor, pemblokiran Free Fire mungkin saja menjadi awal dari masalah perusahaan.

Free Fire merupakan aplikasi game populer global besutan anak perusahaan Sea, Garena. Game bergenre battle royale ini mempunyai pangsa pasar yang besar di India. Berdasarkan data dari App Annie, dari 75 juta pengguna aktif bulanan Free Fire secara global, 40 juta diantaranya ada di India.

Lantaran besarnya pasar India, Garena pun mengejar kesepakatan dengan organisasi e-sport di India. Tujuannya, untuk lebih mempromosikan game-nya dan menarik lebih banyak pengguna di Negeri Bollywood itu.

“India dilihat sebagai salah satu pendorong pertumbuhan utama game dari Sea di luar Asia Tenggara,” kata pendiri CrossASEAN Research Angus Mackintosh dikutip dari Bloomberg, kemarin (15/2).

Selain itu, investor juga khawatir bahwa India berpotensi melarang aplikasi lainnya dari Sea, yakni Shopee. Di pasar India, Shopee memiliki sekitar 300 karyawan dan 20.000 penjual lokal per Desember. 

“Dengan pemblokiran Free Fire, ada risiko bahwa pihak berwenang juga akan menyasar Shopee. Sea bisa kehilangan keuntungan itu untuk pertumbuhan," kata Mackintosh.

Analis di Lightstream Research Oshadhi Kumarasiri juga mengatakan, pemblokiran Free Fire dapat mengekang bisnis hiburan digital Sea secara keseluruhan. "Dengan Free Fire dilarang di India, keadaan ekspansi Shopee di India berisiko," kata Kumarasiri.

Meski begitu, Sea berupaya meyakinkan Investor bahwa perusahaan telah menguasai situasi di India. “Kami berkomitmen untuk melindungi privasi dan keamanan pengguna kami di India dan secara global," kata Shopee.

Kementerian Dalam Negeri India sebelumnya merekomendasikan larangan baru bagi 54 aplikasi kepada Google, salah satunya Free Fire. Free Fire merupakan satu-satunya aplikasi yang bukan berasal dari Cina. Adapun 53 aplikasi berasal dari Cina seperti Xriver dari Tencent, Onmyoji Arena dari NetEase dan Astracraft. 

Dikutip dari Indian Express, pelarangan aplikasi ini mengacu Pasal 69A Undang-Undang Teknologi Informasi yang menyatakan bahwa pemerintah memiliki kekuasaan untuk mengeluarkan arahan intersepsi, pemantauan, atau dekripsi informasi melalui sumber daya komputer apa pun.  

"Hal tersebut biasanya dilakukan ketika pemerintah menganggap aplikasi telah mengganggu kepentingan kedaulatan, integritas, pertahanan, keamanan, hubungan persahabatan dengan negara asing, ketertiban umum, atau melakukan pelanggaran," demikian dikutip dari Indian Express pada Senin (14/2).  

Sebelum menyasar Free Fire, Pemerintah India memang tengah gencar memblokir aplikasi asal Cina. Hal itu terjadi pasca-bentrokan di pegunungan Himalaya pada medio 2020. Namun, Pemerintah India mengatakan bahwa pemblokiran bukan karena insiden tersebut. 

Otoritas hanya menganggap aplikasi asal Cina yang diblokir merugikan kedaulatan, integritas, dan keamanan nasional India sesuai Pasal 69A Undang-Undang Teknologi Informasi. 

Dalam satu setengah tahun terakhir, Pemerintah India telah melarang lebih dari 300 aplikasi yang terkait dengan Cina, termasuk game besutan Tencent, PUBG. 

Pemerintah India beralasan aplikasi PUBG dianggap sebagai ancaman bagi keamanan India. "Aplikasi ini mengumpulkan dan membagikan data secara diam-diam dan membahayakan," kata kementerian dikutip dari Reuters pada 2020.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...