JD.ID Resmi Tutup Per Hari Ini

Desy Setyowati
31 Maret 2023, 05:12
jd.id, tiktok
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/rwa.
Pengunjung mempraktikkan pemanfaatan platform penjualan digital (e-commerce) JD.ID di Paris van Java Mall, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/5/2021).

JD.ID resmi menutup operasional pada hari ini (31/3). E-commerce ini lebih dulu menyetop pesanan per 15 Februari.

"Dengan sangat menyesal kami mengumumkan bahwa JD.ID akan setop menerima pesanan sejak 15 Februari," kata perusahaan dalam laman resmi, pada Januari (30/1).

Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID Setya Yudha Indraswara menyampaikan, JD.ID tutup merupakan keputusan strategis dari JD.Com.

JD.Com merupakan raksasa teknologi di bidang e-commerce yang berbasis di Cina. Perusahaan ini mendukung operasional JD.ID di Indonesia.

“Ini adalah keputusan strategis dari JD.Com untuk berkembang di pasar internasional dengan fokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara. Logistik dan pergudangan sebagai intinya,” kata Setya kepada Katadata.co.id, pada Januari (30/1).

Kabar JD.Com akan melepas operasional bisnis di Indonesia yakni JD.ID dan di Thailand untuk mengurangi kerugian di kawasan Asia Tenggara dan memperkuat operasional di Cina.

JD.ID sudah melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK terhadap 200 pegawai atau 30% dari total pada Januari. E-commerce ini juga memangkas jumlah pegawai pada awal 2022.

“Langkah adaptasi perlu diambil untuk menjawab tantangan perubahan bisnis yang sungguh cepat belakangan,” kata Satya dalam keterangan pers, pada Desember (13/12/2022). “Salah satu langkah yang diambil manajemen yakni perampingan agar perusahaan dapat terus bergerak menyesuaikan dengan perubahan."

Perusahaan logistik yang berafiliasi dengan JD.ID yakni JDL Express juga resmi menutup layanan pada Januari (22/1). Selain itu, sudah menghentikan pendaftaran pengguna baru sejak 1 Januari.

“Layanan JDL Express Indonesia non aktif per 22 Januari,” demikian dikutip dari laman resmi JDL Express, pada Januari (23/1).

JD.ID Tutup karena TikTok?

Jumlah pelanggan di TikTok Shop selama semester II 2022 melampaui beberapa e-commerce yang lebih dulu ada seperti JD.ID atau Blibli, menurut laporan Jakpat.

“TikTok Shop adalah inovasi lain dari media sosial. Tidak hanya sebagai katalog produk, pembeli dapat langsung bertransaksi hingga membayar tanpa harus beralih ke aplikasi lain,” kata Jakpat dalam laporannya, Senin (28/3).

Jakpat meneliti transaksi di tujuh e-commerce yakni Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, TikTok Shop, Blibli, dan JD.ID. Berdasarkan jumlah pembeli, TikTok Shop menempati urutan keempat.

Namun jumlahnya baru bisa dilihat dalam laporan Jakpat versi berbayar.

Data itu berdasarkan survei terhadap 1.486 pelanggan e-commerce selama Agustus – Desember 2022. Tingkat kesalahan atau margin of error 5%.

TikTok Shop menjadi tren karena masyarakat Indonesia semakin menyukai konten video. Ini berdasarkan survei Katadata Insight Center (KIC) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

“Ada kecenderungan kenaikan yang signifikan pada penggunaan sosial media berbasis video yaitu TikTok,” demikian dikutip dari laporan Literasi Digital Indonesia 2022 yang diluncurkan di Jakarta, pada Februari (1/2).

Penggunaan TikTok di Indonesia pun melonjak. Rinciannya sebagai berikut:

Media sosial yang digunakan oleh penduduk di Indonesia pada 2022
Media sosial yang digunakan oleh penduduk di Indonesia pada 2022 (Laporan Literasi Digital Indonesia 2022)

Sedangkan perbandingan jumlah kunjungan ke situs web JD.ID dengan e-commerce lain di Indonesia sebagai berikut:

Bank Indonesia (BI) pun mencatat, data sementara nilai transaksi e-commerce sepanjang 2022 Rp 476,3 triliun atau naik 19% secara tahunan (year on year/yoy). Ini di bawah perkiraan awal Rp 489 triliun. Sedangkan volume transaksi yakni 3,5 miliar.

Pertumbuhan transaksi e-commerce tahun lalu melambat dibandingkan 2021 yang naik 33,2%.

Deputi Gubernur BI Doni P Joewono menilai, ada beberapa faktor yang menyebabkan nilai transaksi e-commerce tahun lalu tidak sesuai perkiraan, yakni:

  1. Menjamurnya tren social commerce atau berjualan lewat media sosial seperti TikTok, Whatsapp hingga Facebook
  2. Kemungkinan karena kenaikan biaya transaksi di e-commerce, sehingga lebih murah berbelanja di media sosial
  3. Aturan pembatasan mobilisasi berkurang, sehingga konsumen beralih ke offline

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...