Riset Pefindo: Gen Z dan Milenial Dominasi Paylater, Mayoritas untuk QRIS

Amelia Yesidora
16 Januari 2025, 19:10
Nasabah mengakses layanan aplikasi penunda pembayaran (paylater) di Kota Serang, Banten, Kamis (12/9/2024).
ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/Spt.
Nasabah mengakses layanan aplikasi penunda pembayaran (paylater) di Kota Serang, Banten, Kamis (12/9/2024).

Ringkasan

  • IHSG diperkirakan menguat pada perdagangan Kamis tetapi memiliki risiko koreksi karena sentimen terkait Donald Trump, dengan saham BCA dan Emtek termasuk dalam rekomendasi dari analis.
  • Pasar merespons negatif terhadap kemungkinan kemenangan Donald Trump karena kebijakannya dapat memicu perang dagang dengan Cina, sementara hubungan dagang Indonesia dengan Amerika tidak berada pada kondisi terbaik.
  • The Federal Reserve diperkirakan akan memotong suku bunga acuan, yang bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG, sementara MNC Sekuritas memberikan rekomendasi saham tertentu dengan strategi buy on weakness dan speculative buy.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pefindo Biro Kredit atau IdScore mencatat generasi muda menjadi kelompok pengguna paylater Indonesia. Sekitar 48,27% debitur adalah Milenial, lalu 39,94% adalah Gen Z, dan 11,35% adalah Gen X.

Perusahaan juga mencatat jumlah fasilitas kredit sebesar 48,4 juta dan jumlah debitur 16,5 juta. Jadi, rata-rata satu debitur memiliki tiga fasilitas kredit.

“Makanya kalau kita lihat jumlah fasilitas dibanding jumlah debitur, kurang lebih hampir tiga fasilitas berdasarkan satu debitur. Rata-rata pay later-nya sekitar Rp855 ribu,” kata Dirut Pefindo Tan Glant dalam pemaparan hasil riset "Analisis Statistik Tren dan Pertumbuhan Bisnis Buy Now Pay Later" di kantornya, Kamis (16/1).

Dari angka itu, mayoritas melakukan transaksi kredit untuk QRIS dan lainnya. Komposisinya sekitar 41,9%. Tujuan pembelian di e-commerce ada di peringkat dua dengan komposisi 33%, lalu pembelian tiket dan hotel 21,1%, dan pembelian langsung di toko. Biasanya pembelian ini dilakukan untuk barang elektronik.

Pertumbuhan buy now pay later alias BNPL sendiri telah melampaui pendahulunya, kartu kredit. Ada sekitar 48,4 juta fasilitas kredit yang disalurkan pada Oktober 2024, sedangkan kartu kredit hanya 13,9 juta.

“Untuk BNPL, kami melihat bila dibandingkan dengan kartu kredit, pemain baru asalnya tapi angkanya mereka itu boleh dikatakan sudah tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan angka di kartu kredit,” kata Glant.

Glant bahkan menyebut pertumbuhan kartu kredit sudah di bawah 5% secara keseluruhan. Pertumbuhan BNPL mencapai 28,64% pada Oktober 2024 year on year (yoy), dibanding kartu kredit yang hanya tumbuh 3,22%.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...