Huawei Tertekan Sanksi AS, Pertama Kalinya OPPO Kuasai Pasar Tiongkok
Produsen ponsel pintar (smartphone) OPPO menguasai pangsa pasar di Tiongkok untuk pertama kalinya pada awal tahun ini. OPPO berhasil mengalahkan penguasa sebelumnya yakni Huawei, yang tertekan karena sanksi Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Counterpoint, OPPO menguasai 21% pasar. Disusul oleh Vivo 20%. Sedangkan Huawei, Apple, dan Xiaomi masing-masing 16%.
Peringkat OPPO meroket dibandingkan kuartal IV 2020 di posisi ketiga dengan 16% pangsa pasar. Saat itu, Huawei masih memimpin dengan porsi 30%. Posisi kedua ditempati oleh Vivo, 18%.
Analis Counterpoint Varun Mishra mengatakan, OPPO menguasai pasar Tiongkok berkat Reno 5 yang diluncurkan pada Desember 2020. Seri ini menawarkan spesifikasi yang lebih tinggi dibandingkan Reno 4, tetapi dengan harga yang rendah.
Reno 5 juga menerapkan fitur jaringan internet generasi kelima atau 5G yang sedang tren di global. Alhasil, penjualan OPPO meningkat 33% pada Januari dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm) dan 26% secara tahunan (year on year/yoy).
Selain itu, Varun menilai bahwa OPPO berhasil memimpin lantaran Huawei tertekan sanksi AS. “Ini juga menguntungkan Xiaomi dan Vivo," kata dia dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Selasa (9/3).
Ia mengatakan, produsen smartphone lainnya terus mengisi kekosongan pasar yang ditinggal oleh Huawei. OPPO misalnya, mempercepat kemampuan pembuatan cip (chipset) seluler dengan merekrut banyak tenaga kerja pada Mei 2020. Selain itu, meningkatkan produksi lebih dari 50% sejak tahun lalu.
Analis Counterpoint lainnya, Yang Wang memperkirakan bahwa OPPO dan Xiaomi juga mendapatkan keuntungan besar dari kejatuhan Huawei di pasar global. Penjualan keduanya diproyeksikan meningkat masing-masing sekitar 30% pada tahun ini.
"Mereka agresif dengan inisiatif masuk pasar di seluruh dunia sepanjang 2020, terutama di Asia Pasifik, Eropa, dan Timur Tengah,” kata Wang. Di sisi lain, OPPO dan Xiaomi juga menyasar segmen menengah yang sebelumnya digarap oleh Huawei di pasar luar negeri.
Berdasarkan data IDC, pangsa pasar Huawei secara global anjlok 42,4% yoy tahun lalu. Di saat yang sama, Canalys mencatat bahwa penjualan OPPO naik 14% yoy pada kuartal IV 2020. Lalu Xiaomi meningkat 31% dan Vivo 14%.
Padahal, Huawei sempat memimpin pada kuartal II 2020, sebagaimana Databoks di bawah ini:
Laporan Canalys menunjukkan, posisi Huawei, termasuk merek Honor, melorot ke posisi keenam secara global karena hanya mengirimkan 32 juta smartphone. “Ini pertama kalinya dalam enam tahun, peringkatnya anjlok di bawah peringkat lima,” demikian dikutip dari TelecomLead, Januari lalu (28/1).
Huawei juga dikalahkan oleh Apple secara global. Pada kuartal IV 2020, Apple mengirimkan 81,8 juta iPhone, atau naik 4% yoy. Sedangkan Samsung mengirimkan 62 juta unit, turun 12%.
Melorotnya pangsa pasar ponsel Huawei seiring sanksi yang diberikan oleh mantan Presiden AS Donald Trump. Perusahaan Tiongkok ini masuk daftar hitam (blacklist) perdagangan AS sejak awal 2019.
AS melarang perusahaan bekerja sama dengan Huawei. Google misalnya, beberapa kali mengajukan izin agar dapat bermitra dengan raksasa Negeri Panda itu. Namun, lisensi ini kedaluwarsa sejak Agustus 2020.
Alhasil, Google tidak dapat bermitra lagi dengan Huawei. Perangkat Huawei pun tidak didukung oleh sistem operasi (operating system/OS) Android maupun Google Mobile Services (GMS) seperti Gmail, YouTube, dan lainnya.
AS juga memblokir 152 afiliasi semikonduktor Huawei per Agustus 2020. Ini membuat Huawei terpaksa menyetop produksi cip, termasuk prosesor andalannya Kirin sejak September tahun lalu.
Trump juga sempat melarang Qualcomm memasok cip ke Huawei. Namun, larangan itu dibatalkan setelah Joe Biden dinyatakan menang dalam pemilihan presiden (pilpres).