Pemasok iPhone Cemas Saingi Huawei yang Rilis HP Cip Canggih
Pemasok ponsel iPhone khawatir harus bersaing dengan Huawei yang baru saja meluncurkan Mate 60 Pro. Mereka juga was-was terkena dampak dari ketegangan antara Cina - Amerika Serikat (AS).
Huawei Mate 60 Pro meluncur pada akhir Agustus. Ponsel pintar alias smartphone ini menggunakan cip atau chip Kirin 9000s dengan prosesor 7 nanometer, yang membuat gawai merespons perintah dengan lebih cepat.
Beberapa analis percaya langkah Huawei meluncurkan Huawei Mate 60 Pro bisa menjadi langkah pertama dalam upaya kembalinya ‘juara nasional’ Cina. Sebelumnya, Apple menguasai pasar Tiongkok, setelah Huawei diberi sanksi oleh Amerika pada 2019.
Cina merupakan pasar terbesar ketiga Apple setelah Amerika dan Eropa. Sementara Apple akan meluncurkan seri iPhone 15 pada besok (12/9).
Penjualan Apple di Cina tahun ini terbantu oleh pengecer pihak ketiga yang menawarkan diskon iPhone 14 Pro 10% pada Februari. Namun para analis mengatakan, diskon dapat mengganggu penjualan iPhone 15 yang akan diluncurkan besok.
“Kami yakin aktivitas Huawei kali ini telah dipersiapkan dengan baik dan tidak tiba-tiba, yang prospek produk baru melebihi perkiraan sebelumnya” kata analis di Counterpoint Ivan Lam dikutip dari Reuters, akhir pekan lalu (8/9).
"Ini dapat mengatur ekspektasi psikologis kelompok konsumen sasaran sebelum konferensi pers Apple,” Ivan menambahkan.
Di satu sisi, Amerika mengatakan akan menyelidiki Cina karena Huawei berhasil meluncurkan Huawei Mate 60 Pro dengan cip canggih. Sebab, Negeri Paman Sam sudah menyulitkan produsen gawai ini mendapatkan cip dari AS.
Amerika juga memberikan sanksi kepada produsen cip Cina.
“Amerika memerlukan informasi lebih lanjut tentang karakter dan komposisi (Huawei Mate 60 Pro) untuk menentukan apakah pihak-pihak tersebut dapat mengabaikan pembatasan ekspor semikonduktor AS untuk membuat cip baru,” kata Sullivan dikutip dari CNN Internasional, pekan lalu (5/9).
“Amerika harus melanjutkan serangkaian pembatasan teknologi yang bersifat ‘halaman kecil, pagar tinggi’ yang berfokus secara sempit pada masalah keamanan nasional. Apapun hasilnya,” Sullivan menambahkan.
Pemasok iPhone khawatir hal itu kembali meningkatkan ketegangan antara Cina dan Amerika. Terlebih lagi, sebelumnya Beijing melarang pegawai negeri sipil atau PNS menggunakan iPhone dalam bekerja.
Kebijakan itu membuat harga saham Apple anjlok 6,4% pada Kamis pekan lalu. Perusahaan AS ini pun kehilangan US$ 190 miliar dari kapitalisasi pasarnya. Setelah dua hari mengalami penurunan, saham Apple rebound naik 1,3% pada perdagangan Jumat.
Beberapa analis Wall Street mengatakan aksi jual tersebut berlebihan. Analis mengklaim bahwa pendapatan yang diterima Apple kemungkinan besar akan kecil karena popularitas iPhone di Cina.