Rudiantara: Talenta Robotik Jadi Bekal Hadapi Bonus Demografi
Indonesia diramalkan bakal mengalami puncak bonus demografi pada 2030. Untuk dapat menjadi negara maju, momen itu dipersiapkan dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara, masyarakat Indonesia harus menguasai tujuh keterampilan terkait teknologi guna menghadapi bonus demografi di 2030.
Tanpa penguasaan yang baik atas ketujuh talenta teknologi ini, ia khawatir Indonesia akan kalah saing dengan negara lain. "Indonesia bisa kalah kompetisi dengan negara asing. Jadi kembali kepada peningkatan kapasitas SDM Indonesia," kata dia dalam siaran pers, kemarin (19/2).
Salah satu keterampilan yang dinilainya penting menyangkut robotik. Menurutnya, robot akan menjadi bagian dari kehidupan ke depan. Di Tiongkok misalnya, penyiar televisi saja sudah menggunakan robot. Tanpa peningkatan keahlian di bidang teknologi, ia khawatir ada banyak pekerjaan akan digantikan oleh robot.
(Baca: Kisruh Huawei Memanas, IHSG dan Bursa Asia Kompak Terkoreksi)
Bukan hanya robotik, menurutnya SDM Indonesia harus menguasai kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), sensor, dan lainnya. "Ini yang akan terjadi ke depan dan kita harus memperkenalkan teknologi kepada talenta Indonesia dari mulai usia dini," ujarnya.
Dengan demikian, Indonesia akan lebih siap mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari momen puncak bonus demografi di 2030. "Bayangkan, usia mereka sekarang 11 tahun, pada 2030 mereka akan berusia 15 tahun dan bersekolah di kelas 9. Kita bayangkan mereka menjadi talenta seperti apa di 2030 nanti," kata dia.
Ia pun mengapresiasi hadirnya Rumah Robot Indonesia (World Robotic Explorer) di Season City, Jakarta. Ia berkomitmen untuk memfasilitasi ide sejenis, supaya generasi muda Indonesia lebih menguasai robotik.
Rudiantara mengingatkan, bahwa perekonomian Indonesia pada 2030 setara dengan ekonomi seluruh negara di Asean saat ini. Artinya, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diproyeksi sekitar US$ 2,5 triliun dan pendapatan per kapita masyarakat mencapai US$ 10 ribu pada 2030. "Bayangkan betapa besarnya kemampuan orang Indonesia," ujarnya.
Adapun pemerintah membidik Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045. Pieter menjelaskan, Indonesia perlu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Bila hanya di kisaran 5% seperti sekarang ini, maka dapat dipastikan Indonesia akan masuk jebakan pendapatan menengah (middle income trap).
(Baca: Tetra X Change, Startup Rekomendasi Saham Berbasis Kecerdasan Buatan)
“Untuk keluar dari jebakan ini pertumbuhan 5% tidak cukup,” kata Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam, beberapa waktu lalu (6/2).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat mengatakan ada empat kunci agar lolos dari jebakan pendapatan kelas menengah yaitu, peningkatan kualitas SDM, pembangunan infrastruktur, birokrasi pemerintah yang efisien dan kompeten, dan kebijakan yang tepat agar berdaya tahan terhadap gejolak perekonomian global.