Dua Penghambat Pembangunan Palapa Ring di Indonesia Timur
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sudah menyelesaikan pembangunan Palapa Ring Barat dan Tengah. Namun, Kominfo mencatat ada dua hal yang menghambat pembangunan Palapa Ring Timur.
Yang pertama adalah masalah keamanan. "Ada persoalan di Nduga, Papua. Jadi kami menunda sementara pembangunan (Palapa Ring) di wilayah tersebut," ujar Menteri Kominfo Rudiantara di Hotel Mulia, Rabu (9/1).
Saat ini, proses pembangunan Palapa Ring Timur mencapai 89,4%. "Sisanya, (sekitar) 10% itu tantangan bagi kami," ujar dia.
Selain keamanan, pemerintah kesulitan mendistribusikan alat ke wilayah timur Indonesia. Apalagi, kondisi geografi di Papua dan Papua Barat adalah pegunungan.
(Baca: Palapa Ring Tengah Selesai Dibangun, Kapasitasnya 100 Gbps)
Meski begitu, ia memastikan pembangunan Palapa Ring Timur akan dilanjutkan. Dengan begitu, harapannya pada pertengahan 2019, Palapa Ring dari wilayah barat hingga timur Indonesia sudah beroperasi.
Selain itu, pemerintah menargetkan pembangunan 5 ribu Base Transceiver Station (BTS) di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) Indonesia hingga 2020. Namun, senada dengan Rudiantara, Direktur Utama Badan Aksesbilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Anang Latif mengaku kesulitan dalam hal distribusi alat.
Ia menyebutkan, biaya distribusi peralatan untuk membangun infrastruktur telekomunikasi di wilayah 3T sangat besar. Perhitungan dia, butuh sekitar Rp 300 juta hingga Rp 1 miliar per lokasi untuk distribusi peralatan. "Karena ada yang harus pakai helikopter," ujarnya beberapa waktu lalu (27/12/2018). Jika tidak bisa juga, harus menyewa satelit seharga Rp 960 juta per lokasi.
(Baca: Rampung 100%, Proyek Palapa Ring Tengah Siap Uji Coba)