Baterai Bermasalah, Samsung Tarik Jutaan Galaxy Note 7
Samsung menarik jutaan telepon seluler pintar atau smartphone barunya, yaitu Galaxy Note 7 di seluruh dunia. Langkah tersebut diambil setelah menerima sejumlah laporan terbakarnya ponsel tersebut saat pengisian baterai hingga menimbulkan api.
Recall yang berlangsung besar-besaran ini menjadi hal yang memalukan bagi produsen smartphone tersesar di dunia tersebut. Padahal, Note 7 baru saja diluncurkan sebulan yang lalu. Bahkan, pesaing terbesarnya, Apple, baru akan meluncurkan produk terbarunya pekan ini.
Dalam sebuah konferensi pers, para petinggi Samsung menolak berkomentar mengenai nilai biaya yang dikeluarkan untuk mengganti semua smartphone jenis terbarunya yang telah terjual. “Jumlahnya begitu besar,” ujar Presiden Bisnis Komunikasi Mobile Samsung, Koh Dong-jin, seperti dikutip CNNMoney, Jumat, 2 September 2016. (Baca: Bisnis Ponsel Lagi, Nokia Akan Luncurkan Smartphone Android).
Samsung memiliki pangsa pasar terbesar (22 persen) atas smartphone di seluruh dunia selama tiga bulan berturut-turut hingga 30 Juni lalu berdasarkan data firma riset IDC. Sebagai perbandingan, Apple hanya meraih 12 persen.
Pada Jumat pekan lalu, Samsung menemukan permasalahan pada baterai di sejumlah ponselnya sebelum memutuskan untuk menunda penjualan di sepuluh negara, termasuk di Korea Selatan dan Amerika Serikat. Sebagai ganti atas 2,5 juta Galaxy Note 7 yang sudah terjual, Samsung menawarkan produk baru gratis kepada pelanggan yang sudah terlanjur membeli keluaran teranyar Samsung itu dalam beberapa pekan mendatang.
Kantor berita Korea Selatan Yonhap baru-baru ini menyatakan ada lima laporan di seluruh dunia yang menyebutkan smartphone Note 7 mengeluarkan api saat pengisian baterai. Foto-foto hangusnya ponsel tersebut beredar di media sosial meski belum terverifikasi.
Kepada CNNMoney, seorang pemilik Galaxy Note 7 di Korea Selatan menyatakan terbangun tengah malam setelah mencium bau hangus. Ternyata, ponselnya meleleh. Dengan ponsel lainnya, Galaxy Note 2, ia pun memotret kejadian itu dan mengunggahnya.
“Saya melihat percikan api kecil pada ponsel yang meleleh,” ujarnya pada Jumat, pekan lalu. Namun, percikan tersebut segera menghilang. (Baca: Kinerja Apple Terburuk dalam 13 Tahun Terakhir).
Perusahaan raksasa asal Korea Selatan tersebut menyatakan telah menerima 35 laporan atas permasalahan smartphone-nya di seluruh dunia. Sejauh ini, dari setiap sejuta ponsel yang terjual, ada 24 unit yang bermasalah.
Sebelumnya, raksasa teknologi itu menyatakan membutuhkan waktu dua pekan untuk menyiapkan recall. Namun ternyata, Samsung memberikan pengumuman, para pengguna Note 7 di Amerika Serikat dapat menukarkan Galaxy 7 atau Galaxy S7 Edge mereka mulai pekan ini.
Selain itu, Samsung akan mengembalikan pembayaran untuk aksesoris Note 7 tertentu. Samsung pun memberikan voucher belanja senilai US$ 25 kepada para pengguna keluaran terbaru Samsung yang di Amerika Serikat dibanderol minimal US$ 850 atau sekitar Rp 11,1 juta itu.
Ketentuan lengkap mengenai program recall ini akan diumumkan dalam waktu dekat. Sementara itu, para pengguna yang mulai mencemaskan baterai mereka bisa menghubungi pusat layanan Samsung terdekat.
Pusat perbelanjaan di Amerika Serikat, Target dan platform e-commerce Amazon menyatakan telah berhenti menjual ponsel jenis tersebut dan sedang bekerja sama dengan Samsung untuk menggantikan ponsel yang sudah terlanjur terjual. Sementara itu, perusahaan elektronik multinasional Best Buy mengeluarkan kebijakan serupa. Para pelanggan Best Buy bisa mengembalikan atau menukarkan ponsel yang telah mereka beli.
Sejumlah perusahaan telekomunikasi, yaitu AT&T, Verizon, T-Mobile dan Sprint sudah berhenti melakukan penjualan produk tersebut. Sementara itu, perusahaan telekomunikasi Sprint menawatkan produk serupa kepada pelanggan sebagai pengganti selama proses recall berlangsung. (Databoks: Pengguna Smartphone Tertinggi di Asia-Pasifik 2016).
Meski demikian, Samsung menjelaskan, produknya di Cina tidak mengalami masalah karena menggunakan baterai dari pemasok yang berbeda. Namun, masih belum jelas apakah model yang beredar di Cina akan ikut ditarik atau tidak.