Pengguna Video Melonjak Selama Pandemi, Pendapatan Zoom Naik 169%
Perusahaan aplikasi konferensi video Zoom mencatat kenaikan pendapatan 169% selama kuartal I 2020 dibanding periode yang sama sebelumnya. Pendapatan ini meningkat dua kali lipat dari panduan pendapatan (revenue guidance) setahun penuh, seiring meningkatnya jutaan pengguna baru aplikasi ini selama pandemi corona.
Kendati pendapatan perusahaan melesat, saham Zoom sempat turun 4% tak lama setelah pengumuman kinerja tersebut. Pasalnya, perusahaan mengungkapkan biaya komputasi awan yang lebih tinggi dari perkiraan untuk menangani lonjakan permintaan.
Zoom tidak mengungkapkan berapa jumlah pengguna aktifnya. Namun, analis Bernstein Zane Chrane dan Michelle Isaacs memperkirakan aplikasi tersebut memiliki 173 juta pengguna aktif bulanan per 27 Mei 2020. Angka tersebut melesat lebih dari seribu persen dibandingkan jumah penguna per Maret 2020 sebanyak dari 14 juta mengutip data dari perusahaan app-analytics Apptopia.
(Baca: Saingi Zoom, WhatsApp Tambah Lagi Peserta Rapat Online Jadi 50 Orang)
Margin kotor Zoom menyusut menjadi 68,4%, dibandingkan 82,7% pada kuartal sebelumnya dan 80,2% pada kuartal I tahun lalu. Hal ini disebabkan adanya penambahan kapasitas komputasi, termasuk dari Amazon Web Services, untuk menangani gelombang pengguna baru.
Chief Finance Officer (CFO) Zoom Kelly Steckelberg mengatakan, ketergantungan yang lebih besar pada layanan cloud dari pihak ketiga menyebabkan biaya yang dikeluarkan perusahaan membengkak. Namun, hal itu menurutnya penting untuk menunjang kebutuhan penggunanya.
"Ketika kami membangun kapasitas tambahan di pusat data kami sendiri, kami berharap untuk melakukan efisiensi, membawa margin kotor kembali ke pertengahan 70-an di beberapa kuartal mendatang," ujar Steckelberg dikutip dari CNBC International, Rabu (3/6).
Steckelberg menambahkan, perusahaan memberikan semua karyawannya yang sedang tak bertugas dengan bonus satu kali gaji untuk membantu perusahaan membayar biaya yang timbul dari gangguan pekerjaan mereka akibat pandemi corona.
Zoom mengatakan memiliki 769 pelanggan dengan biaya berlangganan lebih dari US$ 100.000 dalam 12 bulan di akhir kuartal pertama tahun fiskal. Angka ini melesat 90% secara tahunan, dibandingkan dengan 86% pada kuartal sebelumnya.
Perusahaanjuga mencatat memiliki 265.400 pelanggan dengan lebih dari 10 karyawan pada akhir kuartal lalu atau naik 354% dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya 61%.
Seiring serbuan pengguna ke aplikasi Zoom selama pandemi, perusahaan juga bakal memfokuskan penanganan keamanan dan privasi dalam aplikasi ini. Pada awal April Zoom mengatakan akan menghabiskan 90 hari ke depan untuk memperbaiki masalah data provasi pengguna.
Sebelumnya, CEO Zoom Eric Yuan mengatakan bahwa kerjasama dengan penegak hukum adalah salah satu alasan mengapa perusahaan tidak berencana untuk menawarkan enkripsi end-to-end pada panggilan untuk pengguna gratis.
(Baca: WhatsApp dan Zoom Bersaing, Ini 5 Aplikasi Terbaik Untuk Rapat Online)
“Kami ingin memberikan (enkripsi end-to-end) kepada setidaknya pelanggan perusahaan atau pelanggan bisnis. Pengguna gratis, pasti, kami tidak ingin memberikan itu, "ujar Yuan dikutip dari CNBC International, Selasa (2/6).
Oleh sebab itu, pihaknya akan bekerja sama dengan penegak hukum jika terdapat oknum yang ingin memanfaatkan celah dalam aplikasi Zoom untuk tujuan yang buruk.
Terbatasnya ruang gerak dan pertemuan secara langsung, mengakibatkan masyarakat sulit berinteraksi sosial di tengah pandemi Covid-19. Mereka pun memanfaatkan aplikasi video percakapan (video chat) untuk berkomunikasi, termasuk rapat.
Adanya pandemi diikuti peningkatan unduhan aplikasi video percakapan secara global. Berdasarkan data 26 Maret, Zoom diunduh 26,9 juta pengguna. Skype dan Houseparty menyusul dengan 6,2 juta dan 5,1 juta pengguna.