Jatuh-Bangun Vanessa dalam Membesarkan Startup Gowork
Waktu itu publik mengenal penyedia coworking space ini sebagai Rework. Empat tahun lalu, perusahaan rintisan ini bersalin rupa menjadi GoWork. Kini, startup tersebut sudah ada di 25 lokasi penjuru Indonesia, dengan jaringan lebih dari 7.000 anggota. Hingga 2019, pendanaan yang terkumpul setidaknya lebih dari Rp 162 miliar.
Namun CEO dan Co-Founder GoWork, Vanessa Hendriadi, ingat benar tidak mudah untuk mencapai posisi saat ini. Ia merintis Rework pada 2016 dengan menjual mimpi untuk membesarkan perusahaan rintisannya: kepada investor, juga calon pegawai.
Membangun Rework, sekaligus solo founder, merupakan situasi yang sangat sulit ia rasakan. Semua hal hampir dia lakukan sendiri, seperti bertemu investor, fundraising, hingga merekrut office boy alias OB pun sendiri.
Vanessa pun menyadari tidak semua hal bisa dilakukan seorang diri. Untuk itu, penting baginya mendapatkan team atau karyawan yang bisa menyokong pertumbuhan perusahaan yang tengah dirintisnya.
"Pengalaman di human resources harus bisa jual mimpi kita, untuk dapetin talent bagus di company. Because we cannot doing everything ourselves," kata Vanessa dalam program serial podcast Impacttalk yang dirilis Impactto belum lama ini.
[Perbincangan lengkap program Impacttalk tersebut bisa dililhat pada link berikut ini]
Vanessa juga mengingatkan untuk tidak stres ketika orang-orang yang membantu membangun bisnis sedari awal harus meninggalkan perusahaan. Bahkan co-founder sekalipun. Hal itu sempat dilaluinya saat GoWork sudah berjalan 3-4 tahun. "I was crush," katanya.
Meskipun begitu, pergantian pemain di badan startup menjadi proses yang harus dilalui. Setiap perusahaan membutuhkan orang-orang yang berbeda dalam bertumbuh. Untuk itu, sebagai pemimpin, Vanessa menerapkan perlakuan yang berbeda saat perusahaan hanya bertiga, belum memiliki revenue, dan saat perusahaan masih di tahap uji coba produk.
"Harus ingat-ingat, kita enggak bisa jadi leader yang sama kepada setiap orang, pada company kita," ujarnya.
Selain menjual mimpi untuk memperoleh karyawan sesuai kebutuhan perusahaan, Vanessa cenderung merekrut pegawai dengan pengalaman ketimbang fresh graduate di awal membangun GoWork. Dia bukan meremehkan kemampuan fresh graduate. Namun untuk membangun startup, sang founder membutuhkan team yang dapat melengkapi. "Jadi aku enggak harus benar-benar ngajarin bagaimana buat jadi profesional," katanya.
Selain itu, dia menekankan pentingnya memiliki sales person atau rekan kerja yang mampu menjual mimpi perusahaan ke investor, karyawan, hingga stakeholder. Sales person bukan sekadar marketing yang menjual produk, juga mampu mengenalkan atau menjual mimpi perusahaan di masa depan ke berbagai pihak.
Sebagai pemimpin perempuan, Vanessa tidak mempermasalahkan gender saat merekrut karyawan. Menurutnya, kemampuan pria ataupun wanita sama-sama bisa dilatih. Bahkan, belajar dari pengalamannya selama ini, dia mengatakan pentingnya keberagaman gender dalam team.
"Sangat penting memiliki tim dengan gender seimbang. Perempuan ataupun laki-laki saling dibutuhkan," ujar Vanessa.
Dia bercerita, saat ini pertumbuhan startup atau perusahaan rintisan di Indonesia kian berkembang. Alhasil, kebutuhan akan ruang kerja turut mengalami peningkatan. Sebagai perusahaan anyar yang membutuhkan ruang berinovasi dan berkolaborasi, startup lebih memilih menyewa coworking space sebagai ruang kerja.
Tren penyewaan ruang kerja juga sudah bergeser dari cara konvensional menjadi ruang sewa yang fleksibel dan mudah berjejaring. GoWork menjadi salah satu yang berkontribusi memenuhi kebutuhan perusahaan rintisan di Tanah Air.
Melansir laman resmi GoWork, startup tersebut berada di lebih dari 25 lokasi di penjuru Indonesia. Dengan jaringan dan komunitas yang terus berkembang, kini startup tersebut telah memiliki jaringan lebih dari 7000 anggota.
Adapun sebelas ruang kerja GoWork yang dekat dari banyak stasiun MRT di antaranya Plaza Indonesia (MRT Bundaran HI), Chubb Square (MRT Dukuh Atas), Sahid Sudirman, Citylofts, Setiabudi One, dan Millennium Centennial Center (MRT Setiabudi Astra). Ada juga di Menara Rajawali (MRT Bendungan Hilir), Pacific Place (MRT Istora Mandiri), fX Sudirman dan Senayan City (MRT Senayan), dan Pondok Indah (MRT Haji Nawi).
Berkat menjual mimpi, startup yang lahir dengan nama Rework itu berhasil merger dan berganti nama menjadi GoWork pada 2018. Sebelumnya, Vanessa menyebutkan ada lebih dari 20 investor yang menjadi pendana GoWork. Adapun, pendanaan yang diterima GoWork telah mencapai US$ 11 juta per Mei 2019.
Terus melebarkan sayap bisnisnya, kini GoWork tak hanya menyediakan jasa coworking space saja, juga membangun hunian. Pada Mei 2019, GoWork bekerja sama dengan PT. Setiawan Dwi Tunggal (SouthCity), selaku pengembang SouthCity, membangun hunian apartemen dengan konsep integrasi coliving dan coworking pertama di Indonesia, The Parc di Pondok Cabe, Jakarta Selatan.
"Dengan aplikasi yang kami bangun dari nol, kami menjadi platform berbasis realestate dan teknologi," ujar Vanessa.