Startup Kuliner Israel Incar Pasar Muslim Indonesia dan Malaysia
Startup kuliner yang berbasis di Israel mengincar pasar Muslim ASEAN, termasuk Indonesia dan Malaysia. Ini meskipun ada risiko politik terkait konflik Israel dan Palestina.
Perusahaan rintisan asal Israel, Steakholder Foods misalnya, mengembangkan produk belut dan kerapu cetak 3D bersama Umami Meats di Singapura. Umami Meats merupakan perusahaan budidaya ikan dan makanan laut lokal.
Steakholder yang terdaftar di Nasdaq juga mengalihkan perhatian untuk membuat produk halal bagi konsumen Muslim.
Wakil Presiden Pemasaran di Steakholder Mor Glotter-Nov menilai potensi permintaan produk kuliner berbasis teknologi di negara-negara mayoritas Muslim seperti Indonesia dan Malaysia, tinggi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali kesamaan antara persyaratan diet halal Yahudi dan Muslim.
"Hukum diet dan halal menekankan prinsip kebersihan, sumber etis, dan metode persiapan khusus yang serupa," kata Mor Glotter-Nov dikutip dari Asia Nikkei Review, pekan lalu (20/7).
"Meskipun kami tidak dapat menjamin persetujuan halal atau halal tertentu pada tahap ini. Steakholder Foods berkomitmen untuk berupaya memenuhi standar dan persyaratan yang relevan," Mor Glotter-Nov menambahkan.
Berdasarkan data lembaga think tank Good Food Institute, Amerika Serikat menjadi pasar protein alternatif potensial yakni US$ 6,78 miliar selama 2020 - 2022. Disusul oleh Israel US$ 1,19 miliar.
Sementara Cina menerima US$ 210 juta dan Singapura US$ 300 juta.
Meski begitu, startup kuliner Israel melihat ASEAN sebagai pasar yang menguntungkan untuk inovasi mereka. Pakar riset pasar GWI memperkirakan ada 29,8 juta konsumen potensial daging buatan dan budidaya di Asia Tenggara.
Namun ada juga risiko politik mengingat Israel memiliki sejarah 'hubungan dingin' dengan negara berpenduduk Muslim. Uni Emirat Arab dan negara-negara tetangga lainnya menolak keberadaan negara Yahudi sejak didirikan pada 1948.
Di ASEAN, Israel tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Indonesia, Malaysia, atau Brunei. Sebagai misi terdekat, Kedutaan Besar Israel di Singapura memantau perkembangan di tiga negara tetangga tersebut.
Namun hambatan ideologis tersebut tidak menghentikan startup kuliner Israel seperti Aleph Farms untuk menyasar pasar Muslim di Asia Tenggara.
"Sudah waktunya bagi kami menghapus silo yang telah dibangun dari waktu ke waktu dan memikirkan solusi integratif, yang mengatasi berbagai tantangan," kata Direktur Pasar dan Pengembangan Aleph Gary Brenner.
"Kami memposisikan Singapura sebagai landasan peluncuran kami ke Asia Tenggara dan Asia Pasifik, serta meninjau jalur peraturan yang diperlukan untuk memasuki wilayah lainnya," Gary Brenner menambahkan.
Seperti Steakholder, Aleph ingin membangun pijakan di pasar ASEAN yang mayoritas Muslim dengan sederet penawaran halal. Startup kuliner Israel ini membuat steak yang dibudidayakan langsung dari sel daging sapi yang tidak dimodifikasi.
Di Singapura, Aleph Farms memiliki perjanjian dengan Esco Aster, organisasi manufaktur. Kerja sama ini untuk memproduksi daging yang dibudidaya.
Keduanya berencana membangun fasilitas bersertifikasi halal pertama di dunia untuk daging budidaya. Ini bertujuan mendapatkan persetujuan atas produk yang ditujukan untuk Muslim.
"Di Indonesia, saya tidak tahu bagaimana orang akan berpikir," kata Mantan Duta Besar Israel untuk Singapura Sagi Karni yang baru saja menyelesaikan masa tugas pada Juli. "Beberapa orang mungkin memiliki keberatan politik."
"Namun pada akhirnya, Anda menyerahkan kepada orang-orang untuk memilih apa yang ingin mereka beli," Sagi Karni menambahkan.
Selain rintangan politik, perusahaan seperti Tiran Group terus menggelontorkan dana untuk penelitian dan pengembangan guna mendorong inovasi teknologi pangan untuk ASEAN. Perusahaan Israel ini memiliki unit akuakultur kerang.
"Kami sudah aktif dengan akuakultur di Cina, Vietnam, dan Singapura," kata CEO Tiran Haim Avioz. "Kami sudah menjual produk ke Kamboja, Taiwan, Thailand, Malaysia, Bangladesh, Brunei, dan lainnya, dan sedang mencari pasar Indonesia, India, dan Filipina."