Penyebab Startup Warung GoTo dan yang Didukung Jeff Bezos Tutup
Perusahaan patungan GoTo Gojek Tokopedia dan Unilever, GoToko menutup layanan pada Mei. Disusul oleh startup yang didukung oleh Jeff Bezos yakni Ula pada Oktober.
“Kami sedang mengevaluasi kualitas jasa untuk persiapan inovasi. Maka, semua operasional pengiriman dan pemesanan berhenti sementara per 1 Oktober,” kata Ula melalui Instagram pada September.
Startup Ula selama ini menyasar pemilik warung atau UMKM dengan menyediakan layanan:
- Membeli barang FMCG untuk stok
- Memantau ketersediaan produk
- Memperbanyak opsi pembayaran bagi penjual
FMCG atau fast moving consumer goods adalah produk yang dapat terjual secara cepat dengan harga relatif murah, dan biasanya merupakan kebutuhan sehari-hari seperti minuman ringan, kosmetik perawatan tubuh, dan barang kelontong.
Startup Ula memutuskan untuk keluar dari bisnis distribusi FMCG tersebut. “Kami memulai perjalanan Ula dengan mimpi mengubah perdagangan Business to Business atau B2B,” kata perusahaan.
“Saat dunia bergulat dengan dampak Covid, kami menciptakan platform distribusi komprehensif untuk mengirimkan barang kebutuhan sehari-hari ketika penyedia lain tidak menentu atau tak tersedia,” Ula menambahkan.
Upaya tersebut awalnya membuahkan hasil. “Namun kini, kami harus mengkalibrasi ulang fokus terhadap keberlanjutan ekonomi jangka panjang,” kata Ula.
Sebab, skala dan kompleksitas model distribusi berbasis inventaris memerlukan tingkat investasi yang terbukti menantang, terutama di tengah lesunya ekonomi digital.
Sementara itu, GoTo Gojek Tokopedia dan Unilever tidak memerinci alasan GoToko tutup.
Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia atau Amvesindo Eddi Danusaputro mengatakan, startup sulit penetrasi pada target segmen, yakni digitalisasi warung. “Karena ekosistem atau value chain masih relatif tradisional dan mengandalkan hubungan yang sudah dibina cukup lama,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin (4/12).
Menurutnya, banyak pemilik warung kini merasa cukup melakukan pemesanan melalui telepon atau WhatsApp. “Sebab, mereka termasuk golongan ‘low tech’. Jadi tantangan sektor ini masih pada customer acquisition,” Eddi menambahkan.
Meski begitu, menurut dia startup digitalisasi warung masih memiliki peluang. Namun, harus memperhatikan seluruh tahap value chain, termasuk para pemilik warung.
Eddi pernah memaparkan, terdapat beberapa alasan startup warung digital mengalami kerugian, di antaranya:
- Product market fit atau kesesuaian produk dengan pasar yang belum ditemukan
- Biaya untuk akuisisi konsumen yang tinggi dan rendahnya minat konsumen untuk membayar layanan sejenis
- Margin tipis dan perlu volume besar
- Ada startup yang fokus cross selling terutama lending, sedangkan belum tentu itu yang dibutuhkan
Eddi menjelaskan naiknya biaya modal dan inflasi menyebabkan biaya modal meningkat drastis dan menyebabkan startup digitalisasi warung kesulitan mendapatkan modal tambahan. “Karena model bisnis yg masih belum memberikan kinerja positif,” katanya kepada Katadata.co.id, pada Mei (17/5).