Biaya Tinggi Jadi Penyebab Bukalapak Setop Jual Baju hingga Elektronik


Bukalapak telah resmi menutup layanan marketplace mereka dan fokus menjual produk virtual mulai bulan depan. Menurut Direktur sekaligus CEO BukaFinancial dan Commerce Bukalapak Victor Putra Lesmana, hal ini disebabkan tingginya biaya operasional.
“Langkah ini diambil setelah tiga tahun terakhir, sementara biaya operasional terus menunjukkan peningkatan. Sehingga penutupan layanan operasional produk fisik justru akan memberikan dampak yang positif terhadap posisi keuangan perusahaan ke depannya,” kata Victor dalam paparan publik yang dilaksanakan daring pada Kamis (16/1).
Victor menjelaskan saat ini bisnis Bukalapak dibagi menjadi dua segmen utama, yakni segmen online to offline alias O2O dan segmen marketplace. Ia menilai model bisnis O2O bisa memberdayakan UMKM dan menyumbang 40%—50% dari total pendapatan perusahaan. Sementara itu segmen marketplace menyumbang 50%—60% pendapatan perusahaan.
“Kontribusi layanan produk fisik di aplikasi dan di Bukalapak hanya berkisar 3% dari total pencapaian kami, sehingga tidak memiliki dampak signifikan terhadap pendapatan perusahaan dan anak-anak,” ujar Vincent.
Di sisi lain, perusahaan juga berencana ambil bagian dalam bisnis gim lokal Indonesia, usai menutup bisnis e-commerce barang. Hal ini bisa diwujudkan lewat platform Itemku dan Bukalapak Gaming.
“Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan layanan di produk gaming. Bukan hanya dengan menambah jumlah game, tetapi juga mengembangkan ekosistem gim di Indonesia secara menyeluruh,” kata Victor.
Victor menjelaskan bisnis game dan investasi Bukalapak dikembangkan selama beberapa tahun terakhir. Salah satu cara Bukalapak mengembangkan ekosistem gim yakni bekerja sama dengan berbagai pemegang kepentingan mulai dari pengembang, pemain di Indonesia dan internasional, asosiasi, pemerintah, dan pemimpin komunitas. Bukalapak ingin fokus membuat ekosistem game yang ada di Indonesia, karena potensinya besar.
“Kami percaya jika memulai dengan mendukung pembangunan gim lokal dan menghitung basis penggunaan di Indonesia, akan membantu kami memberikan solusi yang kompetitif dan relevan,” ujar Victor.