Startup Malaysia LiveIn Rambah Pasar Indonesia dan Akuisisi Layanan Penyedia Kos

Ringkasan
- Dewi Soekarno didenda Rp 3 miliar atas PHK yang dilakukannya terhadap dua karyawan pada Februari 2021.
- Pengadilan memutuskan pemecatan tersebut tidak sah dan meminta perusahaan milik Dewi Soekarno membayar gaji karyawan sejak 2021 hingga 2024, beserta biaya lembur yang belum dibayarkan.
- Perusahaan menolak berkomentar terkait litigasi yang sedang berlangsung.

Startup properti asal Malaysia, LiveIn, resmi memperluas jangkauannya di Indonesia dengan mengakuisisi KoolKost, brand akomodasi penyedia hunian indekos dari RedDoorz.
Sejak memasuki pasar Indonesia pada April 2024, LiveIn mengelola lebih dari 1.000 kamar di Jabodetabek dan Bandung. Dengan ekspansi ini, jumlah hunian yang dikelola LiveIn di Indonesia semakin bertambah.
Akuisisi ini menambahkan 27 properti KoolKost ke dalam portofolio LiveIn. Saat ini, LiveIn beroperasi di 14 kota di Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Indonesia, dengan lebih dari 200 properti serta lebih dari 10.000 kamar dalam portofolionya.
“Transaksi ini telah selesai, dan tahun ini adalah momen bagi LiveIn mengembangkan jangkauan di Indonesia,” kata Country Manager LiveIn Indonesia, Lau Ngee Keong, di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (25/2).
Akuisisi ini telah rampung sejak kuartal keempat 2024. Ia menyatakan meski kini berada di bawah naungan LiveIn, KoolKost akan tetap beroperasi sebagai sub-brand.
“LiveIn berencana secara bertahap menyelaraskan properti KoolKost dengan standar kategori produknya, yaitu LiveIn Intro, LiveIn Select, dan LiveIn Signature,” katanya.
Seiring dengan ekspansi ini, LiveIn juga memperkuat posisinya melalui dukungan pendanaan dari berbagai investor. Lebih dari 13 investor terlibat dalam pendanaan terhadap startup penyedia sewa hunian jangka panjang tersebut.
Di antaranya adalah Korea Investment Partners, Wavemaker Partners, Malaysia Debt Ventures, Jungle Ventures, CAC Capital, dan Intervest.
Selain itu, beberapa institusi lain seperti KK Fund, Incubate Fund, dan Aucfan juga turut berinvestasi dalam pengembangan perusahaan. Investor lainnya yang mendukung pertumbuhan LiveIn mencakup Accord Ventures, Hoop Partners, Startia, serta Cradle
Tahun lalu, LiveIn mencapai pendanaan Pra-Seri B dengan total sebesar US$10,95 juta. Jumlah ini termasuk investasi dari Korean Investment Partners pada Mei 2024 sebesar US$2,6 juta.
LiveIn menawarkan hunian sewa jangka panjang yang dapat diakses dengan mudah melalui aplikasi, memungkinkan penyewa untuk mencari, memilih, dan mengelola tempat tinggal mereka secara praktis.
Selain itu, bagi para pemilik properti, LiveIn menyediakan layanan komprehensif yang mencakup analisis pasar, renovasi, pemasaran, hingga operasional harian. Alias, pemilik properti bisa menjadi mitra bagi LiveIn dalam menyediakan hunian indekos.
LiveIn menerapkan pendekatan menyeluruh dalam bisnisnya dengan mitra, mulai dari analisis pasar, renovasi, pemasaran, hingga operasional harian. “Dengan model ini, LiveIn memastikan tingkat okupansi yang lebih tinggi, pengalaman tinggal yang lebih baik bagi penghuni, serta pendapatan sewa yang lebih stabil bagi pemilik properti,” kata Keong.
LiveIn mengusung konsep Offline to Online (O2O) yang tidak hanya terbatas pada pencarian tempat tinggal secara digital, tetapi juga pengalaman tinggal yang lebih terintegrasi. Para penghuni bisa memanfaatkan aplikasi LiveIn untuk mengelola masa tinggal, mengakses fasilitas seperti gym, coworking space, hingga layanan harian seperti laundry.
Melalui LiveIn Ecosystem, para penyedia layanan seperti gym, coworking space, gerai F&B, dan laundry, juga turut berkolaborasi dalam menghadirkan fasilitas.