Studi Google: Hampir 90% Pembuat Game Pakai Agen AI, Marak PHK
Google mencatat hampir 90% pengembang alias developer game menggunakan agen AI. Perusahaan di industri ini pun marak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK.
Menurut laporan, mayoritas responden menyatakan bahwa AI mengotomatiskan tugas repetitif dan memakan waktu, sehingga para pengembang gim bisa lebih berfokus pada aspek kreatif.
Para penerbit game menggunakan AI untuk meminimalkan biaya pengembangan yang terus membengkak dan siklus produksi yang semakin panjang.
Studi yang dilakukan oleh Google dan The Harris Poll itu menyurvei 615 pengembang gim di AS, Korea Selatan, Norwegia, Finlandia, dan Swedia pada Juni dan Juli.
“Hasilnya, sekitar 44% pengembang menggunakan AI untuk mengoptimalkan konten dan memproses data seperti teks, suara, kode, audio, dan video secara cepat,” demikian dikutip dari Reuters, Selasa (19/8).
Meskipun efisien, penggunaan AI dalam industri gim tetap menjadi topik kontroversial. Banyak pihak khawatir akan potensi hilangnya pekerjaan, sengketa kekayaan intelektual, dan penurunan upah.
Tahun lalu, pengisi suara gim di Hollywood mogok kerja terkait isu AI dan upah, sementara lebih dari 10 ribu orang kehilangan pekerjaan di industri ini.
Survei menunjukkan 94% pengembang game berharap AI mengurangi biaya pengembangan dalam jangka panjang. Namun, sekitar satu dari empat pengembang kesulitan mengukur laba atas investasi (ROI) dari implementasi AI, sementara biaya integrasi teknologi ini juga cukup tinggi.
Selain itu, sekitar 63% responden menyatakan kekhawatiran tentang kepemilikan data, karena aspek hukum seputar lisensi dan kepemilikan konten yang dihasilkan AI masih belum jelas.
