TikTok Blokir 8.000 Live Streaming di Wilayah Israel - Palestina
TikTok memblokir lebih dari 500 ribu video terkait konflik Israel – Palestina sejak 7 Oktober. Selain itu, memblokir 8.000 siaran langsung atau live streaming di wilayah konflik ini.
“Itu karena melanggar panduan komunitas TikTok,” kata perusahaan dalam keterangan pers, Selasa (17/10). Namun TikTok menyebutnya konflik Israel – Hamas.
TikTok menyampaikan, perusahaan menentang segala bentuk terorisme. “Kami sangat prihatin dengan aksi teror yang terjadi di Israel pada minggu lalu,” ujar perusahaan.
“Kami juga sangat sedih melihat krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza dan untuk semua orang yang terdampak,” TikTok menambahkan.
Anak usaha ByteDance itu mengerahkan sumber daya dan personel untuk menjaga keamanan komunitas dan integritas platform. Berikut hal-hal yang dilakukan oleh TikTok untuk mendeteksi konten terkait konflik Israel – Palestina:
- Meluncurkan pusat komando yang melibatkan tim profesional keselamatan global TikTok yang terdiri dari 40 ribu orang
- Mengembangkan sistem deteksi otomatis proaktif secara real-time ketika TikTok mengidentifikasi konten vulgar dan kekerasan
- Menambahkan lebih banyak moderator yang dapat berbahasa Arab dan Ibrani untuk meninjau konten terkait peristiwa ini
- Menegakkan kebijakan TikTok yang menolak kekerasan, kebencian, dan misinformasi berbahaya dengan menghapus konten dan akun yang melanggar panduan komunitas.
- Menambahkan layar pilihan pada konten yang mungkin memiliki visual kekerasan agar dapat mencegah pengguna dalam melihat konten secara tak terduga, sekaligus menyusun beberapa pengecualian secara berkelanjutan demi menjaga kepentingan publik
- Melakukan penyesuaian sementara pada kebijakan yang mengatur fitur TikTok, guna mencegah pengguna menyalahgunakan fitur untuk mendukung perilaku kebencian atau kekerasan di suatu wilayah secara proaktif
- Bekerja sama dengan lembaga penegak hukum global, serta para ahli lintas-industri dan masyarakat sipil, seperti Tech Against Terrorism dan Dewan Penasihat TikTok
Meski memblokir 500 ribu lebih video dan 8.000 live streaming, TikTok menyatakan berkomitmen untuk mengedepankan transparansi sekaligus menyediakan ruang yang aman dan nyaman bagi komunitas global.
“Kami senantiasa berfokus dalam upaya mendukung kebebasan berekspresi, menjunjung tinggi komitmen terhadap hak asasi manusia, dan melindungi TikTok selama perang Israel - Hamas berlangsung,” kata perusahaan.
Namun Asisten Profesor di Stanford Law School Evelyn Douek menyampaikan tidak mudah bagi media sosial mendefinisikan apa yang dianggap sebagai kelompok ekstremis.
Namun mereka menghadapi pengawasan ketat dari pemerintah hingga organisasi politik selama bertahun-tahun.
“Platform media sosial populer, tidak jelas dalam menentukan organisasi mana yang mereka tunjuk sebagai organisasi berbahaya, atau teroris,” kata Douek dikutip dari Washington Post, Rabu (11/10).
“Ini juga merupakan area di mana platform cenderung melakukan kesalahan, karena khawatir terkait hukum,” Douek menambahkan.
Dalam kasus konten yang mendukung Hamas, menurutnya media sosial bisa berarti menekan ekspresi yang sah dari orang-orang yang mendukung pembebasan Palestina.
“Di dalam perusahaan media sosial, kategori yang Anda masukkan menentukan bagaimana pidato Anda akan diperlakukan,” kata Rekan senior di Tow Center for Digital Journalism sekaligus mantan pejabat senior kebijakan Twitter Anika Collier Navaroli.
“Pidato partai politik akan diperlakukan sangat berbeda dibandingkan pidato teroris. Pidato dari negara atau bangsa yang sah juga diperlakukan berbeda dibandingkan pidato dari negara yang tidak diakui,” Anika menambahkan.
Tahun lalu, konsultan Business for Social Responsibility merilis laporan terkait Meta. Mereka menemukan bahwa raksasa media sosial ini telah secara tidak adil menekan kebebasan berekspresi pengguna Palestina pada 2021 selama perang dua minggu antara Israel dan Hamas.
Laporan itu mencatat bagaimana Meta secara keliru menghapus beberapa konten pengguna dan lebih cenderung mengambil tindakan terhadap konten yang ditulis dalam bahasa Arab ketimbang bahasa Ibrani.
Ameer Al-Khatahtbeh, yang memiliki akun Instagram @Muslim dengan hampir 5 juta pengikut mengatakan, dia khawatir dinamika serupa juga terjadi dalam perang ini.
“Ada banyak orang yang unggahannya dihapus, atau dilarang menggunakan fitur video langsung Instagram untuk konten yang mendukung warga Palestina,” kata Ameer.
Di TikTok, tagar #Israel dan #Palestine telah menarik puluhan miliar penayangan. Namun setidaknya satu akun terkenal yang meliput berita dari sudut pandang Palestina yakni Mondoweiss menerima pemberitahuan pada Senin, bahwa akun diblokir secara permanen.
Juru bicara TikTok Jamie Favazza mengatakan pada Selasa (10/10) bahwa larangan tersebut adalah kesalahan dan akun Mondoweiss telah diaktifkan kembali.
“Sejak serangan Hamas dimulai, TikTok telah mengalihkan lebih banyak moderator konten untuk fokus pada unggahan tentang konflik, termasuk video dalam bahasa Arab dan Ibrani,” kata Favazza.
Mereka juga memblokir beberapa tagar terkait kekerasan atau propaganda teroris, termasuk rekaman sandera atau eksekusi.
TikTok bekerja sama dengan tim cek fakta untuk mengidentifikasi informasi yang salah, meskipun penelusuran cepat melalui penelusuran populer seperti “Israel” dan “Gaza” menemukan banyak video terkait konflik.