Microsoft Investasi Rp 24 Triliun di Perusahaan AI G42

Hari Widowati
17 April 2024, 19:19
Ilustrasi Microsoft
marketingland.com
Ilustrasi Microsoft
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Microsoft akan menginvestasikan US$1,5 miliar atau sekitar Rp 24 triliun di G42, perusahaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA). Investasi ini merupakan bagian dari upaya perusahaan raksasa Amerika Serikat ini untuk memperkuat posisinya di bidang teknologi di tengah persaingan yang semakin ketat.

Presiden Microsoft Brad Smith akan bergabung dengan dewan direksi G42. Investasi ini memperluas kemitraan yang sudah ada antara kedua perusahaan. Microsoft akan memiliki saham minoritas di G42 pascainvestasi tersebut.

G42 akan menjalankan aplikasi dan layanan AI-nya di layanan cloud Microsoft Azure, serta menerapkan penawaran cloud Microsoft. G42 saat ini menjalankan pusat data dan menjual aplikasi AI. Perusahaan ini telah mengembangkan model bahasa Arab yang disebut Jais, yang akan ditawarkan melalui Azure.

Hubungan G42 dengan Cina Disorot

Kesepakatan itu sendiri sangat tidak biasa. "Kemitraan komersial ini didukung oleh jaminan dari pemerintah AS dan UEA melalui perjanjian mengikat yang pertama kali ada untuk menerapkan praktik terbaik kelas dunia guna memastikan pengembangan dan penerapan AI yang aman, tepercaya, dan bertanggung jawab," kata Microsoft, seperti dikutip CNBC, Selasa (16/4).

Pemerintah AS dan UEA tampaknya sangat terlibat dalam kesepakatan tersebut. "Kedua perusahaan akan bergerak maju dengan komitmen untuk mematuhi undang-undang dan peraturan perdagangan, keamanan, AI yang bertanggung jawab, serta integritas bisnis AS dan internasional," kata Microsoft. Chairman G42 Sheikh Tahnoon bin Zayed Al Nahya, juga merupakan penasihat keamanan nasional UEA.

Keterlibatan pemerintah ini terjadi setelah berbulan-bulan pengawasan terhadap G42 karena hubungannya dengan Cina. Pada Januari lalu, anggota DPR Mike Gallagher, ketua Komite Khusus AS untuk Partai Komunis Tiongkok, meminta Departemen Perdagangan untuk "memeriksa dengan cermat" G42. Tujuannya, untuk melihat apakah perusahaan tersebut harus dimasukkan ke dalam daftar hitam ekspor perdagangan.

Gallagher menuduh bahwa G42 menjalin hubungan dengan perusahaan-perusahaan Cina yang masuk dalam daftar hitam, seperti Huawei, dan bekerja sama dengan dinas militer dan intelijen Tiongkok.

G42 dengan tegas membantah tuduhan tersebut. "Di bidang teknologi canggih, kami telah menerapkan strategi komersial sejak tahun 2022 untuk sepenuhnya selaras dengan mitra AS kami dan tidak terlibat dengan perusahaan-perusahaan Cina," kata G42, pada Januari lalu. Sebelumnya, G42 dikabarkan telah berinvestasi di perusahaan-perusahaan Cina, termasuk pemilik TikTok, ByteDance.

Dorongan Teknologi untuk UEA

Kesepakatan Microsoft-G42 akan memberikan dorongan besar bagi UEA, yang berambisi menjadi pusat teknologi utama di Timur Tengah. UEA ingin menjadi pusat dari perkembangan teknologi terkait kecerdasan buatan dan mata uang kripto.

Pada Februari lalu, CEO OpenAI Sam Altman mengatakan bahwa UEA dapat berfungsi sebagai kotak pasir peraturan dunia untuk menguji AI. Ucapan Altman ini merupakan pujian untuk kebijakan UEA di sektor teknologi.

Microsoft dan G42 mengatakan mereka akan menyiapkan dana sebesar US$1 miliar (Rp 16 triliun) untuk para pengembang di UEA dan wilayah yang lebih luas untuk membantu mendukung pengembangan tenaga kerja AI yang terampil.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...