Gandeng Korsel, Kominfo Dirikan Sekolah Coding dan Kecerdasan Buatan

Lenny Septiani
5 Juli 2024, 18:41
Peserta mengikuti kompetisi Coding Scratch di Dmall, Depok, Jawa Barat, Sabtu (25/2/2023). Kompetisi robotic yang diinisiasi oleh Mechatron Robotic tersebut diikut 130 peserta pelajar dari berbagai daerah dengan katagori EV3 Robomission, Coding Scratch da
ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/hp.
Peserta mengikuti kompetisi Coding Scratch di Dmall, Depok, Jawa Barat, Sabtu (25/2/2023). Kompetisi robotic yang diinisiasi oleh Mechatron Robotic tersebut diikut 130 peserta pelajar dari berbagai daerah dengan katagori EV3 Robomission, Coding Scratch dan Robomission NXT.
Button AI Summarize

Digital Talent Scholarship (DTC) atau yang dikenal Balai Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPPTIK) di Cikarang akan diubah menjadi ASEAN Korea Digital School.  Balai yang saat ini dikelola oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tersebut akan diubah menjadi tempat pembelajaran coding dan kecerdasan buatan.

Kepala BPSDM Kominfo, Hary Budiarto, mengatakan BPPTIK di Cikarang dibangun oleh pemerintah Korea Selatan pada 2011.

“Kemudian tahun ini (Pemerintah Korsel) meminta agar DTC Cikarang untuk dijadikan sebagai ASEAN Korea Digital School,” ujar dia dalam acara Ngopi Bareng Kominfo di Press Room Kominfo di Jakarta, Jumat (5/7).

Hary menyampaikan, nantinya Pemerintah Korea Selatan akan memberikan anggaran untuk mengembangkan dua tema pelatihan. Dua pelatihannya akan berfokus pada pembelajaran coding dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

“Modulnya dari mereka, kemudian kami diminta untuk melatih,” ia menambahkan.

Tidak hanya untuk warga Indonesia, Hary mengatakan, sekolah ini ditujukan untuk peserta pelatihan dari negara-negara di Asia Tenggara lain.

Sementara itu, Kominfo juga akan membangun pusat pengembangan talenta digital atau DTC di semua provinsi di Indonesia. Ini sebagai upaya pemenuhan kebutuhan talenta digital Indonesia.

Menurut World Bank (2016), Indonesia membutuhkan sekitar 9 juta talenta digital antara 2015 hingga 2030. Sementara hasil kajian Kominfo menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan lebih dari 12 juta tepatnya 12.092.110 talenta digital.

“Sementara jumlah ketersediaan talenta digital pada 2030 hanya 9,3 juta. Berarti butuh (tambahan) sekitar 2,7 juta,” katanya.

Budi mengatakan, pusat pengembangan di setiap provinsi ini akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, yaitu auditorium, training center, laboratorium startup digital, studio pembuatan konten pelatihan, ruang kelas dan studio pembelajaran online, ruang kantor dan rapat, ruang hijau, ruang kerja untuk startup, asrama, tempat ibadah, dan fasilitas olahraga.

Reporter: Lenny Septiani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...