Eks Menkominfo Budi Arie Curiga Hacker Pembobol Pusat Data Nasional Bandar Judol
Eks Menteri Kominfo alias Kementerian Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi curiga hacker atau peretas yang membobol sistem Pusat Data Nasional Sementara 2 di Surabaya pada Juni, merupakan bandar judi online.
Alasannya, hacker memberikan kunci untuk membuka sistem Pusat Data Nasional Sementara 2 Surabaya secara gratis kepada Pemerintah Indonesia. “Hacker sungguhan atau bukan?!” kata pria yang kini menjabat sebagai Menteri Koperasi dalam acara podcast Close The Door Deddy Corbuzier, Rabu (20/11).
Budi Arie Setiadi curiga hacker yang membobol sistem Pusat Data Nasional Sementara 2 Surabaya merupakan bandar judi online yang ingin memberi peringatan kepada dirinya. Hal ini lantaran ia agresif memberantas judol.
“Mereka (bandar judi online) melihat pemberantasan judol yang saya lakukan sangat kencang,” kata Budi Arie Setiadi.
Brain Cipher Ransomware menyatakan mereka menjadi dalang dalam peretasan sistem Pusat Data Nasional Sementara 2 Surabaya. Geng hacker ini merupakan pengembangan ransomware varian LockBit 3.0.
LockBit disebut-sebut merupakan geng peretas asal Rusia. Mereka pernah menyerang PT Bank Syariah Indonesia Tbk pada 2023.
Kasus global yang melibatkan hacker LockBit, khususnya Brain Cipher Ransomware misalnya, Crinetics Pharmaceuticals pada Maret dengan meminta tebusan US$ 4 juta.
Kasus lainnya yakni serangan hacker terhadap Virginia Union University yang mengakibatkan pencurian data pribadi ribuan orang. Brain Cipher Ransomware juga dikaitkan dengan serangan terhadap OE Federal Credit Union yang mencuri lebih dari satu terabyte data, termasuk informasi keuangan dan kesehatan yang sangat sensitif.
Kronologi Pusat Data Nasional Sementara 2 Surabaya Dibobol Hacker
Awalnya masyarakat mengeluhkan layanan imigrasi di bandara hingga pembuatan paspor mengalami gangguan pada Juni (20/6). Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM atau Kemenkumham mengatakan, server Pusat Data Nasional mengalami gangguan sehingga berdampak pada seluruh layanan keimigrasian.
Pada hari berikutnya (21/6), Kominfo bersama BSSN atau Badan Siber dan Sandi Negara mengumumkan bahwa infrastruktur yang mengalami gangguan yakni Pusat Data Nasional 2 Sementara di Surabaya.
Tiga hari setelah itu atau pada 24 Juni, Kominfo dan BSSN mengakui bahwa Pusat Data Nasional 2 Sementara Surabaya dibobol oleh hacker Brain Cipher Ransomware. Hacker meminta uang tebusan US$ 8 juta atau Rp 131 miliar.
Pada 2 Juli, geng hacker Brain Cipher Ransomware mengumumkan akan memberikan kunci dekripsi peretasan Pusat Data Nasional Sementara 2 Surabaya secara gratis kepada Pemerintah Indonesia.
Alasannya, peretasan menyebabkan gangguan layanan publik yang berimbas pada masyarakat umum. Sementara itu, mereka mengincar uang tebusan dari pemerintah.
"Kami ingin membuat pernyataan publik. Rabu ini, kami akan memberimu kunci gratis. Semoga serangan kami memperjelas kepada Anda betapa pentingnya membiayai industri dan merekrut spesialis (keamanan siber) berkualifikasi," kata Hacker Brain Cipher Ransomware dikutip dari akun X @stealthmore_int, pada Juli (2/7).
Brain Cipher menegaskan bahwa serangan mereka tidak membawa konteks politik, namun hanya pentest pasca-bayar.
"Warga Negara Indonesia, kami memohon maaf karena hal ini berdampak pada semua orang," katanya.
Brain Cipher Ransomware pun resmi memberikan kunci deskripsi untuk membuka akses sistem Pusat Data Nasional Sementara 2 Surabaya kepada pihak kedua dari sisi Pemerintah Indonesia sehari setelahnya atau pada 3 Juli.
Hacker Brain Cipher Ransomware menyematkan tautan atau link kunci deskripsi untuk membuka akses ke sistem Pusat Data Nasional Sementara 2 Surabaya di laman dark web. Mereka mengancam akan menyebarkan data, jika pihak kedua enggan mengakui adanya bantuan.
“Kami akan menunggu pihak kedua untuk secara resmi mengonfirmasi bahwa kuncinya berfungsi dan data dipulihkan. Setelah itu, kami akan menghapus data secara permanen,” kata Hacker Brain Cipher Ransomware dikutip dari akun X @stealthmore_int.
Mereka tidak menyebutkan siapa pihak kedua, namun tertera logo Kominfo.
Kelompok peretas itu menyatakan, ini pertama dan terakhir kali mereka memberikan kunci kepada korban. “Untuk yang lain ‘selamat datang di chat’,” kata Brain Cipher.
Mereka menyatakan tidak membutuhkan waktu lama untuk masuk ke sistem infrastruktur ini. “Kami hanya membutuhkan sedikit waktu untuk membongkar data dan mengenkripsi beberapa ribu terabyte informasi,” ujar peretas.
Hari berikutnya atau pada 4 Juli, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika atau Dirjen Aptika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mundur dari jabatannya. Alasannya, karena Pusat Data Nasional Sementara 2 Surabaya diretas.
“Bagaimana pun ini tanggung jawab saya sebagai dirjen pengampu, saya mengambil tanggung jawab ini secara moral karena ini masalah yang harus saya tangani,” ujar Semuel.
Setelah itu, ratusan layanan publik mulai pulih.