IBM Bocorkan Deret Pekerjaan yang Potensi Tergerus AI

Kamila Meilina
4 Juni 2025, 16:27
Logo IBM. Foto: Antara.
Antara
Logo IBM. Foto: Antara.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

IBM Indonesia mengungkap sejumlah jenis pekerjaan yang berpotensi besar tergantikan oleh kecerdasan buatan (AI) dalam waktu dekat, seiring meningkatnya adopsi AI di perusahaan.

General Manager & Technology Leader IBM ASEAN, Catherine Lian, menyampaikan pekerjaan yang paling pertama tergantikan oleh AI adalah tugas-tugas yang bersifat repetitif dan administratif, terutama dalam struktur organisasi yang besar seperti IBM. Salah satu contohnya adalah di bidang Human Resource (HR).

“Setiap hari, bagian HR menerima pertanyaan yang sama: bagaimana cara mengajukan cuti? Bagaimana prosedurnya? Semua itu bisa diotomatisasi dengan AI, karena sifatnya berulang dan tidak memerlukan penilaian kompleks,” kata Chaterine dalam acara IBM Media Briefing, Rabu (4/6).

Selain HR, petugas pusat panggilan alias call center juga menjadi bidang yang sangat mungkin tergantikan AI. Banyak perusahaan besar kini sudah menggunakan chatbot atau asisten virtual berbasis AI yang mampu menjawab pertanyaan pelanggan dengan cepat dan akurat.

“Efisiensi operasional serta peningkatan pengalaman pelanggan menjadi alasan utama di balik pergeseran ini,” ujarnya.

Menurutnya, sejumlah pekerjaan akan lebih berpotensi tergantikan oleh AI, di antaranya:

  • Pekerjaan administratif (pengolahan data rutin, entry data)
  • Operator produksi (terutama di industri manufaktur)
  • Petugas layanan pelanggan (khususnya yang menjawab pertanyaan umum)
  • Bagian klaim dalam pemasaran dan keuangan
  • Pekerjaan dalam sistem transportasi dan logistik (seperti pengaturan rute atau pelacakan otomatis)

Ia menyatakan adopsi AI dilakukan bukan semata untuk efisiensi, tetapi juga untuk peningkatan produktivitas dan pengalaman pelanggan.

Dengan meningkatnya ketiga aspek ini, perusahaan bisa memfokuskan sumber daya manusianya untuk pekerjaan yang lebih bernilai tinggi, seperti analisis strategis, inovasi produk, dan pengembangan layanan.

“Jika kita tidak meningkatkan kemampuan, kita tidak akan relevan di industri ini,” kata Catherine.

Adopsi AI yang semakin masif di perusahaan di Indonesia ini, tergambar dalam data laporan IBM bertajuk Business Leader Insights: Unlocking Indonesia’s Economic Potential for Future Prosperity. Sebanyak 93% pemimpin bisnis meyakini organisasi mereka siap mengadopsi AI.

Menurut data, tercatat sektor yang paling yakin akan kesiapan AI adalah ritel, layanan teknologi, sektor publik atau pemerintah, manufaktur, serta teknik, desain, dan arsitektur.

Meski demikian, laporan IBM juga menyoroti adanya tantangan signifikan di aspek etika dan tata kelola AI. Hanya 45% responden yang memahami implikasi etis dari penggunaan AI, dan sekitar 24% belum memiliki sistem tata kelola AI yang jelas dalam organisasi mereka.

“Ini adalah proses alami, tetapi masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan,” ujar Catherine.

Ia menilai bahwa kesiapan untuk mengadopsi AI bukan hanya soal teknologi atau strategi, tetapi juga melibatkan pemahaman etis serta regulasi internal yang kuat. Tanpa hal tersebut, pemanfaatan AI yang masif justru berisiko menimbulkan bias, pelanggaran privasi, hingga dampak sosial yang lebih luas.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Kamila Meilina
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...