AI Belum Menyamai Kecerdasan Manusia, Ada Tiga Alasan

Kamila Meilina
16 Oktober 2025, 10:15
Ai kalahkan kecerdasan manusia,
Koran Jakarta
Chatgpt,
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Platform AI generatif sekarang ini, seperti ChatGPT maupun Perplexity, belum menyamai kecerdasan manusia. Ada tiga alasannya.

Co-Founder dan Managing Partner Alpha Intelligence Capital Antoine Blondeau menyebutkan tiga aspek mendasar yang membedakan manusia dengan AI saat ini. Pertama, kemampuan adaptasi.

Manusia secara alami belajar dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan secara terus-menerus. Sementara itu, mesin belum memiliki kemampuan untuk belajar secara konstan dalam waktu nyata alias real-time.

“Sistem AI modern masih terbatas pada data dan konteks yang diberikan saat pelatihan, sehingga belum mampu menyesuaikan diri secara spontan terhadap situasi baru,” kata Blondeau dalam acara Forbes Global CEO Conference 2025 di Jakarta pada Rabu (15/10).

Kedua, cara manusia belajar. Blondeau menilai sebagian besar pembelajaran manusia terjadi melalui pengalaman langsung, seperti  melihat, berinteraksi, dan merasakan dunia fisik. Hanya sebagian kecil yang berasal dari buku atau teks.

Sebaliknya, sistem seperti GPT masih mengandalkan data berbasis teks. Untuk mendekati kecerdasan manusia alias Artificial General Intelligence (AGI), AI perlu dilatih menggunakan video, simulasi, atau interaksi langsung dengan dunia nyata, misalnya melalui robotika atau virtual environments seperti video game yang memungkinkan pembelajaran kontekstual.

Ketiga, pemahaman terhadap waktu dan sebab-akibat. Manusia memiliki kesadaran intrinsik akan waktu, kausalitas, serta konsekuensi dari tindakan. Misalnya, saat seseorang melihat mobil datang dari kanan dan pejalan kaki dari kiri, ia bisa memperkirakan potensi tabrakan dan mengambil tindakan pencegahan.

“Untuk mencapai AGI, mesin harus mampu memahami urutan peristiwa, hubungan sebab-akibat, dan dampaknya. Ini hal yang masih sangat kompleks dan mahal untuk diwujudkan secara teknis,” katanya. 

Seperti dijelaskan oleh CoinGeek, AGI berbeda secara fundamental dari AI yang ada saat ini, atau yang disebut narrow AI. AI saat ini dirancang untuk melakukan tugas tertentu, seperti mengidentifikasi gambar, menulis teks, atau memberikan rekomendasi, tanpa benar-benar memahami konteks dari apa yang dilakukannya. 

Sistem itu bekerja berdasarkan pengenalan pola dalam dataset besar dan memprediksi hasil berikutnya, bukan berdasarkan penalaran atau kesadaran.

Sebaliknya, AGI dirancang untuk memiliki kecerdasan yang lebih menyerupai manusia: mampu bernalar, belajar dari berbagai pengalaman, dan beradaptasi pada situasi baru yang belum pernah dihadapi. 

Jika AI ibarat autopilot yang hanya bisa mengikuti rute yang sudah diprogram, maka AGI adalah pengemudi manusia yang bisa berimprovisasi, menilai kondisi jalan, cuaca, dan membuat keputusan secara intuitif.

Blondeau menekankan bahwa perkembangan menuju AGI akan menjadi proses bertahap dan modular. Setiap generasi AI akan berfungsi sebagai 'organisme hidup' yang berevolusi secara berkelanjutan menuju kecerdasan yang lebih adaptif dan kontekstual.

“Kami belum sampai di sana, tapi arah ke sana sudah mulai terlihat,” ujarnya.

Dengan kata lain, meskipun AGI masih tampak jauh di depan, fondasi untuk mencapainya sudah mulai dibangun hari ini, melalui riset di bidang pembelajaran multimodal, robotika, serta pemahaman waktu dan konteks.

“Dunia mungkin belum siap memiliki mesin dengan kecerdasan mirip manusia, tapi langkah menuju sana telah dimulai,” kata Blondeau. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Kamila Meilina

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...