Komdigi Minta Televisi Bertransformasi Jadi Perusahaan Teknologi Konten Digital

Kamila Meilina
4 November 2025, 08:47
komdigi
ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/tom.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengimbau stasiun televisi untuk bertransformasi menjadi perusahaan teknologi berbasis konten digital. Hal itu perlu dilakukan di tengah perubahan ekosistem media akibat perkembangan kecerdasan artifisial (AI).

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengatakan, televisi tidak bisa lagi hanya berfungsi sebagai lembaga penyiaran, tetapi harus berubah menjadi perusahaan teknologi konten yang menggabungkan inovasi dengan jurnalisme yang berintegritas.

“Metro TV dan televisi lain harus melihat dirinya bukan hanya sebagai stasiun penyiaran, tapi sebagai perusahaan teknologi konten. Teknologi, terutama AI, harus masuk ke semua aspek, dari ruang redaksi sampai distribusi,” ujar Nezar di Jakarta, Senin (3/11), dikutip dari siaran pers. 

Nezar menjelaskan, dunia kini memasuki era media 3.0 yang dikendalikan oleh algoritma dan AI. Penonton tidak lagi menelusuri siaran secara manual, tetapi menerima rekomendasi tayangan dari sistem berbasis AI.

Menurutnya, perubahan ini menjadi tantangan bagi pola siaran tradisional yang masih bergantung pada jadwal tetap. “Kendali konten kini ada di tangan AI. Ini mengubah cara orang menonton dan mengguncang model distribusi media konvensional,” katanya.

Meski menimbulkan tantangan, Nezar menilai AI juga membuka peluang baru bagi industri televisi untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi. Teknologi ini dapat digunakan untuk mempercepat proses produksi, memperbaiki kualitas audio-visual, serta menganalisis data penonton untuk pengambilan keputusan editorial.

“AI bisa membantu kerja redaksi, tapi jangan sepenuhnya diserahkan pada mesin. Tetap harus ada human in the loop, agar berita tidak kehilangan akurasi dan nilai etikanya,” ujar Nezar.

Ia juga mengingatkan adanya risiko penyalahgunaan AI, seperti deepfake, disinformasi, dan halusinasi data yang dapat merusak kredibilitas jurnalisme. Nezar mencontohkan kasus lembaga survei di Australia yang harus membayar 440 ribu dolar karena menggunakan data buatan AI tanpa verifikasi manusia.

Kementerian Komunikasi dan Digital disebutnya akan terus mendukung inovasi media nasional agar dapat memanfaatkan teknologi secara bertanggung jawab tanpa menghilangkan nilai jurnalisme.

“Teknologi bisa dipelajari, tapi jurnalisme harus tetap jadi nyawa kita. Media yang bertahan bukan yang paling cepat beradaptasi secara teknis, tapi yang tetap menyajikan informasi benar dan membela kepentingan publik,” kata Nezar.




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Kamila Meilina

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...