Tentang Masjid Tuban dan Penyebaran Islam
Jika mendengar nama Kota Tuban mungkin akan teringat juga nama salah seorang Wali Songo, yaitu Sunan Bonang. Walaupun, bukan merupakan tempat satu-satunya dakwah Sunan Bonang tetapi Tuban menjadi tempat Sunan Bonang dimakamkan. Oleh karena itu, Sunan Bonang juga sering disebut sebagai Sunan Tuban.
Adakah kaitan antara Sunan Bonang dengan Masjid Jami’ Tuban yang melegenda? Masjid ini merupakan saksi sejarah atas keberhasilan Sunan Bonang dalam mendakwahkan agama Islam di Tuban. Rumah ibadah ini terletak di kompleks makam Sunan Bonang.
Sebenarnya Masjid Jami’ Tuban tidak ada hubungannya secara langsung dengan Sunan Bonang. Banyak orang mengira masjid ini didirikan oleh Sunan Bonang. Jika dicermati, pembangunan masjid ini berselisih empat abad dengan masa hidup Sunan Bonang.
Bentuk Masjid Jami’ Tuban mempunyai ciri khas tersendiri. Masjid Jami’ Tuban terdiri dari dua bagian, yang pertama merupakan serambi, yang kedua merupakan ruang sholat utama. Meski berada di Pulau Jawa, arsitektur Masjid Jami’ Tuban tidak terpengaruh dengan arsitektur masjid di Jawa pada umumnya, dengan atap yang bersusun tiga. Sebaliknya, arsitektur Masjid Jami’ Tuban banyak terpengaruh dari India, Timur Tengah, serta Eropa. Sepintas lalu, Masjid Jami’ Tuban mirip dengan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Adapun, seperti para wali Allah yang lain, Sunan Bonang sebetulnya mendirikan masjid yang digunakan sebagai pusat dakwahnya. Adalah Masjid Astana yang hingga kini tetap bediri kokoh. Seperti Masjid Jami’ Tuban, Astana juga berada di kompleks makam Sunan Bonang. Selain menjadi tempat ibadah, masjid ini dulunya juga menjadi tempat mengajar Sunan Bonang.
Sunan Bonang juga memiliki nama lain, yakni Raden Makdum Ibrahim. Ketika berdakwah, Raden Makdum Ibrahim sering menggunakan bonang. Bonang merupakan salah satu alat musik tradisional. Bonang merupakan alat musik sejenis gamelan yang dibuat dari kuningan, dimana bagian tengahnya dibuat menonjol. Ketika tonjolan tersebut dipukul dengan kayu lunak, maka akan menghasilkan suara yang merdu. Bunyi merdu dari bonang inilah yang menarik warga sekitar untuk medengarkan serta melihatnya dari dekat.
Sunan Bonang sudah memperhitungkan dengan cerdik kedatangan para warga untuk melihatnya memainkan bonang. Oleh sebab itu, dia mempersiapkan kolam di depan masjid. Warga masyarakat yang hendak masuk ke masjid harus membasuh kakinya terlebih dahulu. Setelah warga memenuhi dalam masjid, Sunan Bonang mulai mengajarkan tembang-tembang yang memuat ajaran agama Islam. Sesampai di rumah, orang-orang menghafalkan tembang tersebut. Mereka juga mengajarkan pada sanak saudara. Semacam itulah cara dakwah Sunan Bonang, hingga para santrinya tersebar di berbagai daerah di nusantara.