Potret Keberagaman dan Toleransi di Indonesia
Masyarakat Indonesia terkenal akan keberagaman suku, budaya, adat istiadat serta agama. Meskipun begitu, selama bertahun-tahun masyarakat Indonesia mampu hidup damai dan rukun karena dilandasi sikap toleransi. Toleransi menjadi modal penting dalam mewujudkan pertumbuhan pembangunan dalam negeri.
Tren toleransi dalam negeri semakin baik. Survei indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) dari Kementerian Agama mencatat, skor indeks KUB rata-rata nasional Indonesia pada 2019 mencapai 73,83 dari skala 0-100. Angka ini lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2018, sebesar 70,90.
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di acara sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-Gereja Indoneisa (MPL-PGI) menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurutnya, merawat kemajemukan merupakan upaya penting demi terwujudnya persatuan Indonesia.
"Toleransi adalah sikap yang mulia dalam menghadapi keberagaman dan persatuan hanya akan muncul jika kita mengakui dan menghormati perbedaan," ujar presiden.
Dengan menjaga kemajemukan dan memperkuat nilai-nilai Pancaila, Presiden Jokowi berharap Indonesia bisa membangun peradaban semakin maju.
Sementara itu, laporan Indeks Kota Toleran (IKT) 2020, yang dilakukan Setara Institute terhadap 97 kota di Indonesia menangkap beberapa tren menarik. Pertama, secara umum ada kenaikan dalam skor toleransi nasional. Selain itu, di 73 kota peristiwa intoleransi cenderung minim.
Namun kebijakan diskriminatif masih ditemukan di 58 kota, inklusi sosial berbasis agama masih menjadi pekerjaan rumah kota-kota di Indonesia. Sedangkan terkait tindakan toleransi, kecenderungannya berimbang antara kota yang sudah melakukan dan masih kurang.
Oleh sebab itu, diperlukan langkah-langkah serta penguatan kebijakan baik di tingkat pemerintah hingga masyarakat dalam memajukan praktik baik dan mempromosikan sikap toleransi.