Delapan Deklarasi Penting dalam COP28, Termasuk soal Pendanaan

Nadya Zahira
7 Desember 2023, 16:26
Ilustrasi KTT Iklim PBB COP28
Katadata/Ezra Damara
Ilustrasi KTT Iklim PBB COP28

Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang biasa  disebut Conference  of the Parties ke-28 (COP28) telah memasuki hari kedelapan setelah pertama kali diselenggarakan pada 30 November 2023. Gelaran COP28 berlangsung hingga 12 November 2023, dan hingga saat ini telah menghasilkan delapan deklarasi penting. 

Adapun salah satu kesepakatan penting tersebut yakni, para delegasi telah berkomitmen mengadopsi dana baru untuk membantu negara-negara miskin mengatasi bencana iklim yang mahal. 

Presiden COP28 Sultan Ahmed Al-Jaber mengatakan bahwa keputusan tersebut memberikan sinyal momentum yang positif bagi dunia dan pekerjaan seluruh pihak yang hadir di Dubai.

"Para delegasi telah membuka kesempatan bagi para pemerintah dan lembaga untuk mengumumkan kontribusinya dalam pembentukan dana loss and damage pada hari pertama konferensi COP28," ujarnya melalui siaran tertulis, dikutip Kamis (7/12).

Beberapa negara telah mengumumkan komitmen untuk dana tersebut sehingga mencapai jumlah yang cukup besar, termasuk US$ 100 juta dari tuan rumah COP28 Uni Emirat Arab, US$ 51 juta dari Inggris, US$ 17,5 juta dari Amerika Serikat, dan US $10 juta dari Jepang.

Selain itu, Uni Eropa menjanjikan pendanaan US$ 245,39 juta. Angka ini termasuk US$ 100 juta yang dijanjikan oleh Jerman.

Terobosan awal pada dana kerusakan iklim yang telah dituntut oleh negara-negara miskin selama bertahun-tahun ini diharapkan dapat membantu mendorong kompromi-kompromi lain yang akan dibuat selama pertemuan COP28. 

Delapan deklarasi yang diumumkan hingga hari ke-8 COP28:

1. Ikrar Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi Global telah didukung oleh 123 negara.

2. Deklarasi UEA COP28 tentang Pertanian, Pangan, dan Iklim telah menerima dukungan dari 140 negara.

3. Deklarasi COP28 UEA tentang Iklim dan Kesehatan telah didukung oleh 132 negara.

4. Deklarasi UEA COP28 tentang Bantuan, Pemulihan, dan Perdamaian Iklim telah didukung oleh 75 negara dan 40 organisasi.

5. Deklarasi COP28 UEA tentang Pendanaan Iklim telah didukung oleh 13 negara.

6. Ikrar Koalisi untuk Kemitraan Bertingkat Ambisi Tinggi (CHAMP) telah didukung oleh 65 negara.

7. Piagam Dekarbonisasi Minyak dan Gas telah didukung oleh 52 perusahaan, yang mewakili 40% dari produksi minyak global.

8. Akselerator Transisi Industri telah didukung oleh 35 perusahaan dan enam asosiasi industri, termasuk Asosiasi Baja Dunia, International Aluminium Institute, Aliansi Terbarukan Global, Asosiasi Semen dan Beton Global, dan Asosiasi Transportasi Udara Internasional. 

Apa itu COP28? 

Agenda COP28 dihadiri oleh pemimpin negara dan juga delegasi dari hampir 200 negara. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dipastikan hadir dalam agenda tersebut.

Konferensi ini merupakan momen yang menentukan untuk menindaklanjuti komitmen iklim dan mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim. Presiden COP28 dipegang oleh Sultan Al Jaber yang berasal dari Uni Emirat Arab.

Acara COP28 ini merupakan momen yang menentukan untuk menindaklanjuti komitmen iklim dan mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim. Sebagai informasi, 20203 berpotensi sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan iklim.

Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB, Simon Stiell,  menghimbau kepada para pemimpin negara untuk menyampaikan pesan yang jelas pada para negosiator. “Jangan pulang tanpa kesepakatan yang akan membuat perbedaan nyata,” kata dia. 

Lima Agenda Utama COP28

Terdapat sejumlah poin yang dibahas dalam pertemuan tersebut:

1. Kemajuan Upaya Mitigasi Perubahan Iklim

Tugas utama COP28 adalah menilai kemajuan negara-negara dalam memenuhi tujuan Perjanjian Paris 2015 untuk membatasi kenaikan suhu global berada di bawah ambang 1,5 derajat celcius. Ketika upaya-upaya global masih tertinggal, negara-negara akan berusaha untuk menyepakati menyusun rencana agar dunia berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan iklim.

Hal itu mencakup langkah-langkah mendesak menuju pengurangan emisi CO2 atau meningkatkan investasi teknologi ramah lingkungan. Negara-negara diharapkan memperbarui target dan rencana pengurangan emisi nasional mereka pada 2025.

 2. Masa Depan Bahan Bakar Fosil

Pembicaraan terberat di COP28 mungkin berfokus pada peran bahan bakar fosil di masa depan. Saat ini muncul sejumlah dorongan agar negara-negara sepakat berkomitmen untuk mulai menghentikan penggunaan batu bara, minyak, dan gas yang menghasilkan CO2.

Negara-negara di COP26 sepakat untuk mengurangi penggunaan batu bara secara bertahap, namun mereka tidak pernah sepakat untuk menghentikan semua bahan bakar fosil. Sebagai informasi, bahan bakar fosil merupakan sumber utama emisi yang menyebabkan pemanasan global.

3. Teknologi untuk mengatasi emisi

UEA dan negara-negara lain yang perekonomiannya bergantung pada bahan bakar fosil ingin COP28 memasukkan fokus pada teknologi baru yang dirancang untuk menangkap dan menyimpan emisi CO2 di bawah tanah. Badan Energi Internasional mengatakan bahwa teknologi pengurangan emisi ini sangat penting untuk mencapai tujuan iklim global.

Namun, teknologi tersebut juga mahal dan saat ini tidak digunakan dalam skala besar. UE dan negara-negara lain khawatir hal ini akan digunakan untuk membenarkan penggunaan bahan bakar fosil secara terus-menerus.

4. Meningkatkan kapasitas energi bersih

Negara-negara akan mempertimbangkan untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan dan menggandakan penghematan energi pada tahun 2030, sebuah proposal yang dibuat oleh Uni Eropa, Amerika Serikat, dan presiden COP28 UEA. Hal ini tampaknya akan mendapat dukungan luas, karena negara-negara besar G20 termasuk Tiongkok sudah mendukung tujuan energi terbarukan.

Namun UE dan beberapa negara yang rentan terhadap perubahan iklim bersikeras untuk menggabungkan janji meningkatkan energi terbarukan dengan penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap, sehingga menimbulkan konflik.

5. Pembiayaan untuk Upaya Menekan Perubahan iklim

Mengatasi perubahan iklim dan dampaknya memerlukan investasi yang sangat besar. Investasi tersebut jauh lebih besar dari anggaran yang dianggarkan dunia sejauh ini. Menurut PBB, negara-negara berkembang akan membutuhkan setidaknya US$ 200 miliar setiap tahun pada 2030 untuk beradaptasi terhadap dampak iklim yang memburuk seperti kenaikan permukaan laut atau badai.

"Kenyataannya adalah bahwa tanpa lebih banyak dana yang mengalir ke negara-negara berkembang, revolusi energi terbarukan akan tetap menjadi fatamorgana di padang pasir. COP28 harus mengubahnya menjadi kenyataan," kata Stiel.

Reporter: Nadya Zahira

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...