Menteri LHK Turunkan Tim Penembak Bius Atasi Konflik Harimau dan Warga

Tia Dwitiani Komalasari
14 Maret 2024, 17:49
Petugas memindahkan seekor harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) yang sudah dibius di Jorong Ingu, Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Senin (7/12/2020). Tim BKSDA menggunakan perangkap, kembali
ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/hp.
Petugas memindahkan seekor harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) yang sudah dibius di Jorong Ingu, Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Senin (7/12/2020). Tim BKSDA menggunakan perangkap, kembali menangkap seekor harimau sumatera berjenis kelamin jantan yang sudah meresahkan warga setempat sejak sepekan terakhir.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, memastikan tim gabungan telah diterjunkan untuk merespons konflik harimau dan manusia di Lampung Barat. Upaya tersebut termasuk menurunkan penembak bius.

"Sekarang kita menurunkan tim termasuk penembak-penambak bius, jadi ya memang harus dilokalisir, harus dicari, harus diambil. Kita dari kementerian, kita juga minta bantuan dari Taman Safari," kata Menteri LHK Siti Nurbaya ditemui media usai Rapat Koordinasi Khusus Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan 2024 di Jakarta, Kamis (14/3), seperti dikutip dari Antara.

KLHK melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) juga mengambil langkah membentuk tiga tim gabungan dari Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Balai KSDA Bengkulu-Lampung sejak akhir Februari 2024.

Tiga tim gabungan tersebut terdiri dari tim patroli yang bertugas melakukan pemantauan di lokasi konflik di Kecamatan Suoh dan Kecamatan Bandar Negeri Suoh di Kabupaten Lampung Barat.

Tim kedua yaitu tim penangkapan dan evakuasi satwa yang memasang kandang jebak dan melakukan evakuasi. Sementara tim ketiga melakukan pengamanan masyarakat untuk sosialisasi kepada warga.

Tim Bius dari Taman Safari

Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) KLHK, Satyawan Pudyatmoko, mengatakan upaya penangkapan harimau Sumatera melalui pemasangan empat unit kandang jebak belum berhasil. Oleh karena itu, diperlukan tindakan penyelamatan lebih lanjut melalui upaya penangkapan dengan menggunakan metode lain.

Upaya tersebut dalam hal ini menggunakan peralatan pembiusan atau anestesi oleh Tim Ahli dari Taman Safari Indonesia (TSI) yang mempunyai kapasitas teknis dan berpengalaman dalam penanganan konflik satwa liar. Tim tersebut dilengkapi dengan perlengkapan medis/obat-obatan.

Satyawan mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak bertindak anarkis setelah terjadi perusakan salah satu resor di TNBBS setelah terjadi serangan ketiga di Lampung Barat pada 11 Maret lalu dan tim gabungan terus berupaya untuk menyelesaikan isu itu.

"Ke depan kita harus bisa berbagi ruang dengan berbagai hidupan liar, karena mereka juga mempunyai fungsi dan peran dalam sistem penyangga kehidupan," jelasnya.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...