Harimau Sumatra Kembali Melintasi Jalan di Lampung
Harimau Sumatra kembali terlihat melintasi Jalan Lintas Barat Tanggamus-Krui Pesisir Barat, Lampung. Kemunculan tersebut terekam kamera warga.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung membenarkan kemunculan Harimau Sumatera di Jalan Lintas Barat Tanggamus-Krui Pesisir Barat yang terekam kamera warga.
"Iya benar mas, kami sudah konfirmasi ke Resort Pemerihan Balai Besar TNBBS, rekaman video itu di Jalan Raya Sanggi Bengkunat, kawasan hutan negara Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) III Lampung, Joko Susilo, saat dihubungi dari Lampung Selatan, Senin (1/4).
Ia mengatakan kemunculan Harimau Sumatera tersebut yang kedua kalinya terlihat kamera warga saat melintas di jalan Lintas Barat, Pesisir Barat.
"Dari hasil identifikasi belangnya, individu yang sama terekam video amatir warga melintas saat tanggal 9 Februari 2024 lalu," kata dia.
Atas kemunculan Harimau Sumatera tersebut, pihaknya akan melakukan mitigasi dan melakukan penanganan tepat terhadap hewan buas tersebut.
Untuk saat ini, menurut dia, pihak BKSDA akan menunggu informasi lebih lanjut dan akan berkoordinasi dengan tim yang berada di lapangan untuk melakukan langkah-langkah mitigasi.
Sebelumnya telah beredar luas di media sosial penampakan seekor Harimau Sumatera yang berada di jalan lintas barat tepatnya di Pekon (Desa) Pemerihan, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat.
Konflik Harimau dan Warga
Sebelumnya konflik harimau dan warga sempat terjadi di Lampung Barat. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, bahkan menerjunkan tim gabungan untuk merespons konflik tersebut, termasuk menurunkan penembak bius.
"Sekarang kita menurunkan tim termasuk penembak-penambak bius, jadi ya memang harus dilokalisir, harus dicari, harus diambil. Kita dari kementerian, kita juga minta bantuan dari Taman Safari," kata Menteri LHK Siti Nurbaya ditemui media usai Rapat Koordinasi Khusus Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan 2024 di Jakarta, Kamis (14/3), seperti dikutip dari Antara.
KLHK melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) juga mengambil langkah membentuk tiga tim gabungan dari Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Balai KSDA Bengkulu-Lampung sejak akhir Februari 2024.
Tiga tim gabungan tersebut terdiri dari tim patroli yang bertugas melakukan pemantauan di lokasi konflik di Kecamatan Suoh dan Kecamatan Bandar Negeri Suoh di Kabupaten Lampung Barat.
Tim kedua yaitu tim penangkapan dan evakuasi satwa yang memasang kandang jebak dan melakukan evakuasi. Sementara tim ketiga melakukan pengamanan masyarakat untuk sosialisasi kepada warga.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) KLHK, Satyawan Pudyatmoko, mengatakan upaya penangkapan harimau Sumatera melalui pemasangan empat unit kandang jebak belum berhasil. Oleh karena itu, diperlukan tindakan penyelamatan lebih lanjut melalui upaya penangkapan dengan menggunakan metode lain.
Upaya tersebut dalam hal ini menggunakan peralatan pembiusan atau anestesi oleh Tim Ahli dari Taman Safari Indonesia (TSI) yang mempunyai kapasitas teknis dan berpengalaman dalam penanganan konflik satwa liar. Tim tersebut dilengkapi dengan perlengkapan medis/obat-obatan.
Satyawan mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak bertindak anarkis setelah terjadi perusakan salah satu resor di TNBBS setelah terjadi serangan ketiga di Lampung Barat pada 11 Maret lalu dan tim gabungan terus berupaya untuk menyelesaikan isu itu.
"Ke depan kita harus bisa berbagi ruang dengan berbagai hidupan liar, karena mereka juga mempunyai fungsi dan peran dalam sistem penyangga kehidupan," jelasnya.