Jakerthi dan Jirowes Jadi Finalis Ideathon 2024
Puncak acara Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024 yang digelar Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta berlangsung pada Minggu, 9 Juni 2024 di Parkir Selatan Gelora Bung Karno, Jakarta. Ideathon, yang menjadi salah satu acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024, menampilkan dua finalis: Jakerthi dan Jirowes.
Finalis pertama adalah sekelompok mahasiswa Meteorologi Institute Teknologi Bandung (ITB). Mereka membawa gagasan Jakerthi singkatan dari Jakarta Kerthi yang berarti Jakarta Sejahtera. Harapannya, program yang diusung tidak hanya mengurangi polusi udara, namun juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat Jakarta.
Gagasan mahasiswa ini berawal dari kondisi sepanjang tahun 2023, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Jakarta didominasi kategori sedang dan tidak sehat. Dengan rincian, kondisi sedang 51,78% hari, tidak sehat 45,75% hari, sehat 1,64% hari, dan sangat tidak sehat 0,82% hari.
Pada 2023, DLH DKI melaporkan transportasi masih mendominasi sumber polusi udara di Jakarta sebesar 67,04% dan aktivitas Industri sebesar 26,8%. Kualitas udara yang tidak sehat berdampak pada kesehatan manusia, seperti pneumonia, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), asma, rhinitis, masalah pada kulit, hingga menyebabkan kanker paru-paru dan penyakit kardiovaskular.
Pemerintah Jakarta sudah membuat rangkaian program untuk mengatasi masalah polusi udara. Misalnya, Hari Bebas Kendaraan Bermotor (CFD), integrasi kendaraan umum, uji emisi kendaraan pribadi, dan peraturan ganjil genap. Pemerintah juga menyediakan informasi kualitas udara baik melalui situs maupun aplikasi ISPU.
Mahasiswa-mahasiswa ITB ini menilai, sebagian masyarakat sudah memahami informasi terkait polusi udara. Namun, ada juga masyarakat yang belum memahami dengan benar informasinya. Ini dilihat dari perbandingan jumlah pengguna yang mengunduh aplikasi informasi kualitas udara dengan jumlah penduduk Jakarta masih sangat jauh. Padahal, tingkat keterampilan TIK penduduk usia 15-59 di Jakarta mencapai 88,08%.
“Oleh karena itu, kami mengajukan solusi mengatasi permasalahan polusi udara Jakarta berbasis komunitas dengan memanfaatkan sistem teknologi informasi bernama JaKerthi (Jakarta Kerthi),” ujar Ridha Fatony Iswahyudi, perwakilan kelompok Jakerthi.
Jakerthi fokus pada edukasi masyarakat mengenai informasi polusi udara dan sistem teknologi informasi di tingkat Rukun Warga (RW). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat Jakarta dalam mengatasi masalah polusi udara dengan aksi. Misalnya, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, tidak membakar sampah, menanam tumbuhan, dan lainnya secara terukur menggunakan sistem teknologi informasi.
Mengelola Sampah, Mengurangi Pengangguran
Finalis kedua, kelompok yang bernama Jirowes membawa program Pelatihan Kerja Green Job KUPILAH Sampah bagi Gen Z. Gagasan program ini disebabkan Pergub DKI Jakarta Nomor 77/2020, Pemprov DKI Jakarta yang mengubah pengelolaan sampah dari sistem Kumpul-Angkut-Buang (KUPANG) menjadi Kurangi-Pilah-Olah (KUPILAH).
Pemerintah juga menggolongkan sampah organik sebagai sampah yang mudah terurai dan menyerahkan pada warga untuk mengolahnya sendiri di rumah. Pada 2020, dari 450 rumah di RW 016 Penggilingan Jakarta Timur, tidak sampai lima rumah yang sudah mengolah sampah organiknya secara mandiri. Di sisi lain, data BPS menyebutkan, hampir 10 juta penduduk Indonesia generasi Z berusia 15-24 tahun menganggur atau tanpa kegiatan. Sebanyak 5,2 juta di antaranya berada di perkotaan.
Syanty Syahril, perwakilan kelompokJirowes, mengatakan sejak Februari 2021, program pelatihan kerja pengelolaan sampah lingkup RT/RW dibuat dengan pendekatan kurangi, pilah, dan olah (KUPILAH) sampah bagi peserta berusia 15-20 tahun dibuat.
“Masyarakat tinggal mengumpulkan sampah organiknya, berikutnya para pemuda ini akan mengambil dan mengolahnya menjadi kompos,” jelas Syanty.
Pengolahan kompos komunal ini berhasil meningkatkan partisipasi warga untuk memilah sampah dari rumah di RW 016. Warga merasa dimudahkan untuk berubah dan tidak lagi skeptis terhadap pemilahan sampah karena khawatir sampah yang sudah dipisahkan nantinya akan tercampur kembali di dalam truk sampah.
“Dari yang sebelumnya hanya kurang dari lima rumah yang memilah sampah organik, sekarang sudah lebih dari 100 rumah yang melakukannya. Tahun 2023 lalu kami mengolah 18 ton sampah organik jadi kompos,” katanya.
Syanti juga menjelaskan bahwa anak-anak muda ini mengolah data komposnya dalam dashboard di aplikasi KUPILAH. Dari situ, bisa diketahui berapa banyak warga yang terlibat, berapa banyak sampah organik yang dikumpulkan. Dengan demikian, warga jadi tahu manfaatnya dan mengajak tetangganya untuk turut serta. “Para pemuda ini kami sebut sebagai collector data, bukan tukang sampah,” tuturnya.
Dari dua finalis tersebut, dewan juri memilih kelompok Jirowes sebagai pemenang. Saat menyerahkan plakat, Asep Kuswanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, mengatakan Jakarta membutuhkan dukungan tim-tim yang sudah teredukasi.
“Ini untuk memudahkan kolaborasi dan implementasi program-program yang berjalan,” ujar Asep.
Selain Ideathon, rangkaian hari kedua peringatan Hari Lingkungan Hidup 2024 ini diawali dengan Fun Walk di pagi hari dengan menyusuri area GBK, Senayan, dan Semanggi. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi, pemutaran film pendek, serta berbagai booth interaktif.