Sederet Masalah Lingkungan yang Berpotensi Muncul jika Lahan Sawit Diperluas

Image title
10 Januari 2025, 19:18
sawit, perkebunan sawit, prabowo
Unsplah
Ilustrasi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Lembaga ThinkTank yang bergerak di bidang lingkungan, Yayasan Indonesia Cerah menilai rencana Presiden Prabowo Subianto memperluas lahan sawit dengan konversi hutan 20 juta hektare dapat menimbulkan masalah lingkungan. 

Policy Strategist Cerah Sartika Nur Shalati mengatakan, salah satu masalah yang akan muncul dari rencana tersebut adalah penggundulan hutan atau deforestasi. 

 "Deforestasi tidak bisa hanya dimaknai dengan hilangnya hutan, tetapi dampaknya bisa lebih besar seperti kehilangan keanekaragaman hayati, pelepasan emisi, kerusakan tanah dan erosi, serta gangguan sistem hidrologi," ujar Sartika kepada Katadata.co.id, Jumat (10/1). 

Sartika menilai, pernyataan Presiden Prabowo yang menyebut sawit tidak akan menyebabkan deforesrasi keliru. Ini karena sawit bersifat monokultur yang akan menghancurkan fungsi hutan sebagai ekosistem alami bagi keanekaragaman hayati, merusak tanah, dan sistem hidrologi. 

Berdasarkan data dari Global Carbon Budget pada 2022, Indonesia menempati peringkat kedua penghasil emisi dunia setelah brazil karena alih fungsi lahan hutan dan deforestasi. Climate Watch (2023) di situs Our World in Data juga mencatat, penyumbang emisi Indonesia paling besar adalah sektor kehutanan mencapai 490,53 juta ton-tertinggi dari semua sektor.

Ia mengatakan, pembukaan lahan sawit berpotensi menyebabkan keberadaan lahan gambut yang berkontribusi sebagai penyerap emisi karbon alami, Saat ini, sekitar 3 juta hektar atau 19% perkebunan kelapa sawit Indonesia berada di wilayah gambut. Luas ekosistem gambut Indonesia mencapai 24,66 juta hektare, yang terdiri atas 865 kesatuan hidrologis gambut (KHG)- salah satu terluas di dunia.

"Keberadaan Perkebunan sawit di area gambut menyebabkan kerentanan akibat drainase yang menyebabkan lahan gambut kering. Hal ini menyebabkan kejadian kebakaran berulang hampir tiap tahun, terutama di periode musim kemarau, penyebab peningkatan emisi," ucapnya. 

Rencana pembukaan lahan sawit  juga akan menghambat akslerasi transisi energi di Indonesia. Perluasan lahan sawit untuk jadi bahan baku cofiring biomassa pada PLTU dapat memperpanjang penggunaan batu bara pada PLTU yang seharusnya segera dipensiunkan. Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan Prabowo pada agenda G20 di Brazil yang menyatakan, dalam 15 tahun Indonesia akan menutup seluruh PLTU.  

"Swasembada energi memang penting, tapi jika dilakukan dengan mengorbankan hutan melalui konversi lahan menjadi kebun sawit monokultur adalah langkah yang kurang tepat," kata dia.

Reporter: Djati Waluyo
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...