BMKG Mulai Modifikasi Cuaca di Jabar untuk Kurangi Banjir, Ini Mekanismenya 

Image title
12 Maret 2025, 11:39
Petugas memasukkan garam ke dalam pesawat Cassa 212 saat operasi modifikasi cuaca di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Selasa (11/3/2025).
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.
Petugas memasukkan garam ke dalam pesawat Cassa 212 saat operasi modifikasi cuaca di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Selasa (11/3/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Badan Meteorologi,  Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memulai Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah Jawa Barat guna mengurangi potensi bencana hidrometeorologi.

Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, mengatakan operasi ini bertujuan untuk mempercepat turunnya hujan pada awan yang bergerak dari laut menuju daratan, serta mengendalikan curah hujan di daerah rawan banjir dan longsor. Teknik yang digunakan dalam OMC ini adalah penyemaian awan dengan bahan tertentu.

 “Pada tahap pertama, hujan dipercepat turunnya menggunakan Natrium Klorida (NaCl) yang disebarkan pada awan yang tumbuh di atas laut dan waduk,” ujar Seto dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (12/3).

Seto mengatakan operasi ini dilakukan agar hujan turun lebih awal di wilayah yang lebih aman dan mengurangi intensitas hujan yang jatuh di daratan. Jika diprediksi terjadi hujan lebat di Cirebon, maka awan-awan yang terbentuk di laut akan disemai sehingga saat mencapai daratan, intensitas hujan berkurang menjadi sedang.

“Jadi yang kita lakukan untuk operasi ini adalah mengurangi curah hujan yang turun di wilayah daratan, khususnya yang berpotensi banjir, sehingga menjadi air yang bermanfaat buat kehidupan,” ujarnya.

Jika terdapat awan berpotensi hujan lebat di daratan, seperti di Bandung, maka penyemaian dilakukan menggunakan Kalsium Oksida (CaO) untuk mengurangi intensitas hujan. Dengan metode tersebut, hujan yang tadinya diprediksi sangat lebat dapat dikendalikan menjadi hujan sedang atau ringan, sehingga tidak menyebabkan banjir atau longsor.

Secara teknis, Seto mengatakan, setiap sorti pesawat dalam operasi ini membawa sekitar 800 kilogram bahan semai, dengan rata-rata tiga sorti per hari. Efektivitas operasi ini bergantung pada umur dan fase awan.

Awan yang sudah matang dapat menghasilkan hujan dalam waktu 10 menit setelah penyemaian, sedangkan awan dalam fase pertumbuhan membutuhkan sekitar satu jam.

Ia  berharap operasi ini dapat mereduksi curah hujan di wilayah daratan hingga 30-60 persen dari total prediksi curah hujan. Misalnya, jika intensitas hujan awalnya diperkirakan  100 milimeter, maka setelah modifikasi cuaca dapat dikurangi menjadi 40-70 milimeter.

“Dengan demikian, diharapkan potensi bencana akibat hujan ekstrem dapat ditekan, sekaligus mengoptimalkan manfaat air bagi kehidupan sehari-hari,” ucapnya.

Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...