UNESCO: Kenaikan Suhu Global Sebabkan Laju Pencairan Gletser Tercepat

Hari Widowati
24 Maret 2025, 14:44
UNESCO, gletser, dampak perubahan iklim
Freepik
Laporan UNESCO menyebut dunia kehilangan massa gletser terbesar yang pernah tercatat dalam tiga tahun terakhir karena kenaikan suhu Bumi.

Ringkasan

  • Gletser di seluruh dunia mencair lebih cepat, dengan hilangnya massa gletser terbesar tercatat dalam tiga tahun terakhir. Hilangnya es ini setara balok es seukuran Jerman setebal 25 meter sejak 1975.
  • Lima dari enam tahun terakhir mencatat kerugian gletser terbesar, menjadikan gletser pegunungan kontributor utama kenaikan permukaan laut dan mengancam jutaan orang dengan banjir. Mencairnya gletser juga berdampak pada sumber air untuk energi hidroelektrik dan pertanian.
  • Pencairan gletser berdampak signifikan pada masyarakat pegunungan, meningkatkan risiko bencana alam dan konflik atas air, terutama di Afrika Timur. Meskipun dampak globalnya tampak minimal, kenaikan permukaan laut akibat pencairan gletser tetap mengancam jutaan orang.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menurut laporan UNESCO yang dirilis Jumat (21/3), gletser di seluruh dunia menghilang lebih cepat dari sebelumnya. Dalam tiga tahun terakhir, dunia kehilangan massa gletser terbesar yang pernah tercatat.

"Sembilan ribu gigaton es yang hilang dari gletser sejak tahun 1975 kira-kira setara dengan balok es seukuran Jerman dengan ketebalan 25 meter," kata Michael Zemp, Direktur World Glacier Monitoring Service yang berbasis di Swiss, seperti dikutip Reuters, Jumat (21/3).

Hilangnya es yang dramatis, dari Arktik hingga Alpen, dari Amerika Selatan hingga Dataran Tinggi Tibet, diperkirakan akan semakin cepat seiring perubahan iklim. Hal ini disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, mendorong suhu global semakin tinggi. Hal ini kemungkinan akan memperburuk masalah ekonomi, lingkungan, dan sosial di seluruh dunia seiring naiknya permukaan laut dan menyusutnya sumber-sumber air utama ini.

Laporan ini dirilis bertepatan dengan pertemuan puncak UNESCO di Paris yang menandai Hari Gletser Sedunia pertama. Laporan ini juga semakin mendesak tindakan global untuk melindungi gletser di seluruh dunia.

Mencairnya Gletser dan Ancaman Banjir Dahsyat

Zemp mengatakan, lima dari enam tahun terakhir mencatatkan kerugian terbesar, dengan gletser kehilangan 450 gigaton massa hanya pada tahun 2024.

Kehilangan yang dipercepat ini telah menjadikan gletser pegunungan sebagai salah satu kontributor terbesar terhadap kenaikan permukaan laut. Alhasil, jutaan orang menghadapi risiko banjir dahsyat. Mencairnya gletser juga merusak jalur air yang diandalkan miliaran orang untuk energi hidroelektrik dan pertanian.

Stefan Uhlenbrook, direktur air dan kriosfer di Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), mengatakan sekitar 275.000 gletser masih tersisa secara global. Jika dihitung dengan lapisan es Antartika dan Greenland, lapisan es ini meliputi sekitar 70% dari air tawar dunia.

"Kita perlu memajukan pengetahuan ilmiah kita, kita perlu maju melalui sistem pengamatan yang lebih baik, melalui perkiraan yang lebih baik dan sistem peringatan dini yang lebih baik untuk planet ini dan masyarakat," kata Uhlenbrook.

Sekitar 1,1 miliar orang tinggal di komunitas pegunungan, yang paling merasakan dampak langsung dari hilangnya gletser. Mencairnya gletser meningkatkan risiko bencana alam dan sumber air yang tidak dapat diandalkan. Lokasi terpencil dan medan yang sulit juga membuat solusi murah sulit ditemukan.

Kenaikan suhu diperkirakan akan memperburuk kekeringan di daerah-daerah yang bergantung pada timbunan salju untuk air tawar. Di sisi lain, kenaikan suhu juga meningkatkan tingkat keparahan maupun frekuensi bahaya seperti longsoran salju, tanah longsor, banjir bandang, dan banjir akibat luapan danau glasial (GLOF).

Pencairan Gletser di Afrika Timur Timbulkan Konflik Atas Air

Seorang petani Peru yang tinggal di hilir gletser yang mencair telah membawa masalah ini ke pengadilan. Ia menuntut raksasa energi Jerman RWE untuk sebagian biaya pertahanan banjir danau glasial yang sebanding dengan emisi global historisnya.

"Perubahan yang kami lihat di lapangan benar-benar memilukan," kata ahli gletser Heidi Sevestre, Sekretariat di Program Pemantauan dan Penilaian Arktik, kepada Reuters, di luar markas besar UNESCO di Paris, pada Rabu (19/3).

"Hal-hal di wilayah tertentu terjadi jauh lebih cepat dari yang kita perkirakan," tambah Sevestre. Ia menyebutkan perjalanan baru-baru ini ke Pegunungan Rwenzori, yang terletak di Uganda dan Republik Demokratik Kongo di Afrika Timur, di mana gletser sekarang diperkirakan akan menghilang pada tahun 2030.

Sevestre telah bekerja dengan masyarakat adat Bakonzo di wilayah tersebut yang percaya bahwa dewa bernama Kitasamba tinggal di gletser.

"Bisakah Anda bayangkan hubungan spiritual yang mendalam, keterikatan kuat yang mereka miliki terhadap gletser dan apa artinya bagi mereka bahwa gletser mereka menghilang?" kata Sevestre.

Laporan UNESCO juga menyebut pencairan gletser di Afrika Timur telah menyebabkan peningkatan konflik lokal atas air. Meskipun dampaknya pada skala global minimal, tetesan pencairan gletser di seluruh dunia memiliki dampak yang berlipat ganda.

Antara tahun 2000 dan 2023, pencairan gletser gunung telah menyebabkan kenaikan permukaan laut global sebesar 18 milimeter, sekitar 1 mm per tahun. Setiap kenaikan muka laut sebesar 1 milimeter dapat menyebabkan hingga 300.000 orang terpapar banjir tahunan, menurut World Glacier Monitoring Service.

"Miliaran orang terhubung dengan gletser, baik mereka menyadarinya atau tidak, dan itu akan membutuhkan miliaran orang untuk melindungi mereka," kata Sevestre.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...