Kemenhut dan IPB University Kembangkan Teknologi Cegah Kepunahan Satwa Liar
Kementerian Kehutanan (Kemenhut) melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem bersama IPB University, menandatangani kerja sama untuk program pencegahan kepunahan spesies satwa liar di Indonesia.
Kerja sama tersebut berupa pengembangan serta aplikasi teknologi reproduksi berbantu (assisted reproductive technology) dan biobank, pada satwa liar yang terancam punah. Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, menyebut kerja sama kali ini sebagai upaya untuk mempererat kolaborasi dengan kalangan akademisi.
“Sebelumnya sudah banyak kerja sama, memastikan bahwa satwa-satwa liar tidak akan punah dari Indonesia,” kata Raja Juli, dalam acara penandatanganan kerja sama di Gedung Rektorat IPB University, Bogor, pada Selasa (2/9).
Menurutnya, penguasaan teknologi modern sangat penting untuk memperkuat konservasi keanekaragaman hayati nasional.
Raja Juli juga memastikan, Indonesia sebagai mega biodiversity state dan super power tropical forest akan mempertahankan bantuan dari para saintis.
Pusat Biobank di IPB University
Rektor IPB University, Arif Satrya, menjelaskan IPB sudah banyak berkecimpung dalam konservasi satwa liar, khususnya Badak Jawa dan Badak Sumatra.
Upaya konservasi yang telah dilakukan, mencoba mengembangkan teknologi reproduksi berbantu dan biobank, untuk pengambilan dan penyimpanan materi genetik dari satwa liar serta meningkatkan peluang kelahiran.
Melalui kerja sama ini, Arif berharap IPB University akan menjadi pusat studi dan rujukan dalam teknologi konservasi satwa liar di Indonesia maupun dunia.
“Biobank ini belum banyak di Indonesia. Jadi, insya Allah kita akan menjadi pusat untuk penyimpanan sumber daya genetik untuk beberapa satwa liar,” kata Arif, dalam kesempatan yang sama.
Menhut menambahkan, dengan potensi tersebut, ke depannya para peneliti asing yang akan datang ke Indonesia, bukan keanekaragaman hayati yang dibawa ke luar untuk dipelajari.
Teknologi reproduksi berbantu meliputi serangkaian teknologi reproduksi, seperti inseminasi buatan, fertilisasi in vitro (IVF), transfer embrio, hingga kriopreservasi gamet dan embrio.
Sementara itu, biobanking berfungsi sebagai penyimpanan material generik, seperti sperma, sel telur, embrio, bahkan jaringan, yang dapat digunakan untuk mendukung keberlanjutan program konservasi di masa depan.
Upaya ini sejalan dengan Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) yang menekankan pengelolaan keanekaragaman hayati berkelanjutan melalui riset, pemanfaatan teknologi, dan pengembangan bank genetik.
Beberapa manfaat strategis dari teknologi reproduksi berbantu dan biobank adalah memperkuat upaya konservasi ex-situ (di luar kawasan) untuk mendukung konservasi in-situ (di dalam kawasan), mempertahankan keragaman genetik dari populasi satwa liar yang terus menurun, memungkinkan restorasi populasi, serta menyediakan cadangan genetik dalam jangka panjang.
