BRIN Melepas Varietas Bunga Krisan Lokal di Cianjur
Kabupaten Cianjur dikenal sebagai salah satu sentra florikultura di Indonesia dengan kekayaan varietas bunga krisan lokal yang melimpah. Namun, belum ada satupun varietas krisan lokal yang resmi dilepas secara legal.
Menjawab tantangan tersebut, Ketua Kelompok Riset Perakitan Teknologi Bibit Unggul dan Budidaya Tanaman Hias BRIN, Suskandari Kartikaningrum, mengatakan BRIN siap mendampingi proses pengembangan hingga pelepasan varietas bunga krisan lokal.
“Termasuk membangun ekosistem inovasi yang melibatkan semua pemangku kepentingan, dengan kolaborasi antara peneliti, petani, penyuluh, dan pemerintah,” ujar Suskandari dikutip dari pernyataan resmi, Rabu (3/9).
Ia ingin memastikan varietas yang dilepas benar-benar unggul, adaptif, dan sesuai kebutuhan pasar. Data ilmiah yang valid dinilainya sangat penting agar inovasi varietas berdampak nyata bagi petani dan pelaku usaha.
Dari sisi pemerintah daerah, Ali Sekretaris DTPHPKP Cianjur mengungkapkan, krisan merupakan salah satu komoditas prioritas di wilayahnya.
“Cianjur memiliki empat kecamatan pengembangan florikultura yaitu Cugenang, Pacet, Sukaresmi, dan Cipanas. Tanaman krisan memiliki potensi pasar domestik dan ekspor yang sangat menjanjikan,” jelasnya.
Ia berharap, kegiatan ini akan menghasilkan sertifikat tanda daftar varietas lokal, dokumen pelepasan varietas hasil mutasi sinar gamma, serta kajian identifikasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat menjadi dasar pengembangan komoditas unggulan daerah.
Empat Varietas Lokal Segera Dilepas
Sementara itu, Peneliti Ahli Utama BRIN, Liauw Lia Sanjaya, yang memimpin program pelepasan varietas krisan mengungkapkan, pihaknya telah mendapatkan empat tanda daftar varietas lokal. Varietas tersebut terdiri atas Nuria Putih, Pompon Hijau, Puma Hijau, dan Spider Shalek, yang akan segera diusulkan untuk dilepas.
Selain itu, sebanyak 40 galur Varietas Turunan Esensial (VTE) Nuria Putih dan 10 galur VTE Pompon Hijau juga ditanam untuk uji keunggulan. Beberapa varietas lain seperti Reagan Putih, Reagan Oren, Barkah, dan Samrok juga masuk daftar berikutnya.
“Kami melakukan penilaian konsumen untuk mengetahui karakter bunga yang disukai pasar, termasuk ketahanan hama, kesegaran bunga potong, dan aroma,” ujar Lia.
Peneliti Ahli Muda BRIN, Erniawati Diningsih, menekankan pentingnya penggunaan varietas yang resisten terhadap hama dan penyakit untuk mengurangi ketergantungan pada pestisida.
“Ini akan menekan biaya produksi, meningkatkan pendapatan petani, dan mengurangi risiko kesehatan bagi masyarakat serta lingkungan. Selama pengamatan, telah ditemukan berbagai OPT seperti kutu putih, ulat, trip, tungau, serta penyakit bakteri, fungi, dan viroid yang masih memerlukan identifikasi lanjut melalui PCR,” ujarnya.
Erniawati menegaskan, perlunya pelatihan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) agar para petani memiliki kemampuan mitigasi yang lebih baik.
