Separuh Tanaman Kopi Diprediksi Punah pada 2050 Akibat Perubahan Iklim
Pemanasan global atau global warming diyakini turut menyebabkan berkurangnya area yang cocok ditanami kopi. Co-Founder Anomali Coffee & Pipiltin Cocoa Irvan Helmi mengatakan situasi ini menyebabkan area penanaman kopi berkurang hingga 50%. Pada saat yang sama, sekitar 125 juta orang yang tersebar di berbagai negara bergantung pada komoditi kopi untuk kesejahteraan termasuk di Indonesia.
Menurut Helmi dampak nyata perubahan iklim terhadap tanaman kopi dirasakan pada 2050 saat separuh tanaman kopi diprediksi akan punah. Oleh sebab itu, dia meminta masyarakat untuk melakukan perubahan mulai dari hal kecil guna memperbaiki iklim yang sudah terbilang rusak ini.
“Jadi karena adanya perubahan iklim, spesies kopi-kopi itu tidak bisa dilestarikan. Sehingga 60% spesies kopi akan punah salah satunya yang paling komersial Arabica dan Robusta,” ujar Irvan kepada Katadata.co.id di sela acara Count Down TEDx, Jakarta, Sabtu (11/11).
Irvan mengatakan, perubahan kecil yang bisa dilakukan untuk memperbaiki iklim yakni dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Masyarakat juga diminta untuk tidak membuang sampah makanan dengan jumlah yang banyak karena dapat menghasilkan gas metana. Selain itu pemerintah diminta untuk segera menutup atau mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
“Jadi bayangkan kalau kita tidak melakukan sesuatu dan perubahan iklim ini terus terjadi, naik 2 derajat aja itu spesies kopi Arabica langsung turun produksinya kurang dari 30%. Jadi itu ancaman yang betul-betul ada di depan mata kita,” kata Helmi.
Selain itu, dia mengatakan masyarakat pecinta kopi juga harus melakukan perubahan dengan mencoba jenis-jenis kopi yang lainnya, sehingga tidak hanya mengkonsumsi kopi Arabica dan Robusta saja. Pasalnya menurut dia, ada beberapa jenis kopi yang tahan terhadap perubahan iklim.
“Karena kalau mencoba keanekaragaman dari kopi itu, ada spesies kopi tertentu yang kalau misal dibeli, masih punya nilai ekonomi, dan petani masih pertahankan. Sehingga komoditas kopi masih bisa selamat untuk kedepannya,” ujarnya.
Indonesia masuk sebagai lima besar negara penghasil kopi terbesar di dunia. Kopi asal Tanah Air pun sudah banyak dikenal oleh penikmat kopi dari seluruh dunia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2020 nilai ekspor kopi Indonesia mencapai US$ 809,2 juta. Nilai tersebut turun 7,8% dari tahun sebelumnya yang mencapai US$ 872 juta.
Cara Mengatasi Perubahan Iklim
Untuk mengatasi perubahan iklim, ada banyak cara yang bisa dilakukan. Perserikat Bangsa-bangsa telah merilis sejumlah langkah yang bisa dilakukan publik untuk mengatasi perubahan iklim.
Cara pertama adalah dengan menghemat energi. Saat ini sebagian listrik dan panas bumi ditenagai oleh batu bara, gas dan minyak. Karena itu, cara mengatasi perubahan iklim yang bisa dilakukan menurut PBB adalah dengan menggunakan lebih sedikit energi dengan menurunkan pemanasan dan pendinginan.
Cara kedua adalah beralih menggunakan transportasi umum, bersepeda atau jalan kaki. Kendaraan yang ada di jalan raya membakar solar dan bensin. Organisasi bangsa-bangsa menyarankan agar publik lebih banyak berjalan kaki atau mengendarai sepeda daripada mengemudi karena akan mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu menjaga kesehatan.
Cara lain yang dapat dipilih adalah dengan beralih menggunakan kendaraan listrik. Penggunaan mobil listrik mengurangi polusi udara yang menyebabkan emisi gas rumah kaca. Kendaraan listrik menghasilkan emisi gas rumah kaca yang jauh lebih sedikit dibandingkan kendaraan bertenaga diesel atau gas.