Menurut laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), pada 2024 semua wilayah gletser di seluruh dunia melaporkan kehilangan gletser akibat kenaikan suhu dan perubahan pola hujan dan salju.
Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menyatakan Indonesia akan tetap mengacu pada Pakta Iklim Glasgow (Glasgow Climate Pact) 2021.
Dampak perubahan iklim terlihat semakin jelas melalui penurunan hasil panen, kenaikan biaya logistik akibat cuaca ekstrem, dan ketidakstabilan produksi pangan.
CELIOS menyebut dampak perubahan iklim terhadap kesehatan seperti penyakit akibat panas ekstrem, gangguan pernapasan, penyakit yang ditularkan vektor seperti nyamuk pembawa malaria dan demam berdarah.
Para aktivis menyoroti Second NDC yang tidak menyebut pensiun dini PLTU batu bara, serta belum memasukkan perlindungan untuk ekosistem gambut dan laut.
Negara-negara yang rentan bencana mengatakan, rencana iklim dunia saat ini tidak cukup kuat untuk menjaga pemanasan di bawah 1,5 derajat Celcius seperti ditetapkan oleh Perjanjian Paris 2015.
Dalam pesan video yang diputar untuk para pemimpin agama yang berkumpul di Belem, Paus Leo XIV mengatakan negara-negara telah membuat kemajuan, tetapi belum cukup.
Modifikasi cuaca dilakukan ketika Iran mengalami salah satu kekeringan terburuk dalam catatan sejarahnya, dan tahun kelima berturut-turut mengalami kekeringan.
Sisa anggaran karbon untuk mencapai kenaikan suhu 1,5°C sebesar 170 miliar ton karbon dioksida, akan habis sebelum tahun 2030 dengan laju emisi saat ini.
Rencana Aksi Kesehatan Belém didukung pendanaan awal dari filantropi global senilai US$ 300 juta (Rp 5,01 triliun), termasuk dari Gates Foundation, IKEA Foundation, dan Temasek Trust.
Deklarasi ini telah didukung oleh 12 negara: Brasil, Kanada, Chile, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Spanyol, Swedia, Uruguay, Belanda, dan Belgia.