Kesepakatan di COP29 ini menggantikan komitmen negara-negara kaya sebelumnya untuk menyediakan dana sebesar US$100 miliar (Rp 1.594 triliun) per tahun untuk pendanaan iklim.
Presiden Prabowo Subianto secara terbuka menyampaikan Indonesia tengah merasakan dampak perubahan iklim hingga akhirnya perlu segera memindahkan ibu kota.
Kepala Badan Iklim PBB Simon Stiell mengatakan para pemimpin G20 lewat para negosiator di COP29 berkomitmen mendorong reformasi keuangan untuk membuat aksi iklim dapat dijangkau oleh semua negara.
Lembaga-lembaga internasional mengeluarkan laporan peringatan iklim yang kian mengkhawatirkan. Namun, terobosan untuk mendanai aksi agresif pengendalian iklim belum juga tercapai di COP29.
Ahli Primatologi dunia, Jane Goodall, mengatakan saat ini dunia tengah mengalami kepunahan besar ke enam akibat adanya pemanasan global yang berdampak terhadap perubahan iklim.
Keterlambatan mobilisasi pendanaan iklim ini akan semakin mengancam kesejahteraan kelompok rentan dan menjauhkan kita dari target membatasi kenaikan suhu bumi 1,5 derajat Celcius.
Kebijakan yang akan diterapkan Donald Trump diperkirakan bakal mempengaruhi stabilitas perekonomian global, dampaknya akan terasa ke banyak negara, termasuk Indonesia.
Kelompok Ahli Tingkat Tinggi Independen untuk Pendanaan Iklim mengatakan target pendanaan iklim tahunan perlu ditingkatkan menjadi US$1,3 triliun (Rp 20,69 kuadriliun) per tahun pada tahun 2035.
Nilai kerugian akibat perubahan iklim pada 2014-2023 yang mencapai US$2 triliun (Rp 31,52 kuadriliun) setara dengan kerugian ekonomi akibat krisis keuangan global 2008.
Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq mengatakan agenda utama Indonesia di COP29 mengawasi negosiasi jangka panjang yang belum selesai dan membahas tema-tema spesifik yang dipromosikan kepresidenan.