Kebutuhan dana untuk mencapai target penurunan emisi karbon pada 2030 sesuai dengan komitmen terbaru NDC mencapai US$ 281 miliar atau Rp 4.300 triliun.
Sekjen PBB António Guterres mengatakan bahwa saat ini telah tiba era pendidihan global sejalan dengan serangkaian gelombang panas yang melanda dunia, bukan lagi era pemanasan global.
Mantan pejabat Bank Dunia, dan mantan menteri pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mari Elka Pangestu menilai negara berkembang butuh US$ 3 triliun/tahun untuk transisi energi.
Peneliti iklim BRIN, Edvin Aldrian, meneruskan posisinya sebagai Vice Chair Working Group 1 di IPCC yang bertanggungjawab meneliti soal basis sains perubahan iklim.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan, perjalanan Indonesia untuk naik kelas menjadi negara berpenghasilan tinggi dihadapkan pada risko perubahan iklim.
Serangkaian bencana imbas anomali cuaca akibat perubahan iklim terjadi di berbagai belahan dunia. Dari Eropa dan Cina yang mengalami gelombang panas, hingga kebakaran hutan di Yunani.
Perubahan iklim memicu gelombang panas yang membakar Eropa, Cina, hingga Amerika Serikat. Sedangkan sebagian wilayah di Asia seperti Korea Selatan dan India dilanda banjir besar.
BMKG menyatakan pemanasan iklim global yang berlangsung drastis mengakibatkan hasil panen menurun hingga gagal tanam dan menimbulkan ancaman krisis pangan.
Chevron, Exxon, dan sejumlah perusahaan bahan bakar fosil lainnya dituntut lebih dari Rp 750 triliun atas bisnisnya yang menyebabkan perubahan iklim yang memicu cuaca ekstrem di Amerika.