Bahlil Promosikan PLTA Kayan dan Papua pada Menteri Kanada

Image title
4 Desember 2024, 14:42
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (kanan) menyampaikan paparan dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/9/2024).
ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/YU
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (kanan) menyampaikan paparan dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/9/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mempromosikan potensi besar Indonesia dalam energi terbarukan pada Menteri Promosi Ekspor, Perdagangan Internasional, dan Pembangunan Ekonomi Kanada Mary Ng. Potensi energi terbarukan tersebut diantaranya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Bahlil mengatakan, Indonesia saat ini tengah menggarap proyek PLTA Kayan di Kalimatan sebesar 12 gigawatt (GW). Selain itu, Bahlil juga mempromosikan PLTA Papua dengan kapasitas 12 gigawatt.

"Ini adalah peluang besar untuk mendukung transisi energi," tuturnya dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (4/12).

Selain PLTA, Bahlil juga membidik potensi kerja sama dengan Kanada di bidang energi nuklir. Menurut Bahlil, Kanada adalah salah satu negara terdepan dalam pengembangan nuklir.

Bahlil mengatakan, Dewan Perwakilan Rakyat RI telah menyetujui penggunaan tenaga nuklir di Indonesia. Dia menargetkan regulasinya selesai pada 2025.

"Implementasinya akan dimulai secara bertahap pada 2032," ujar Bahlil.

Hal tersebut diungkapkan Bahlil saat melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Promosi Ekspor, Perdagangan Internasional, dan Pembangunan Ekonomi Kanada Mary Ng dan pelaksanaan Energy Transition Roundtable (ETR) pada Senin (2/12). Pada kesempatan tersebut, kedua negara menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding atau MoU) terkait kerja sama mineral kritis.

Melalui penandatanganan MoU ini, Indonesia dan Kanada diharapkan dapat memperkuat sinergi dalam mendorong transisi energi berkelanjutan. "Kerja sama ini adalah langkah awal yang baik untuk mempercepat transformasi energi. Dengan kolaborasi yang erat, saya yakin kedua negara dapat saling bertukar teknologi dan mencapai target bersama," tutup Bahlil.

Pada sesi Energy Transition Roundtable, Bahlil menekankan pentingnya kerja sama ini untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat. Dia mengatakan, kebutuhan listrik Indonesia sebesar 91 gigawatt dengan pertumbuhan ekonomi di bawah 6%.

"Target Presiden Prabowo untuk pertumbuhan ekonomi ke depan adalah 8%, sehingga kami memerlukan tambahan 61 gigawatt untuk mendukung target tersebut," ujarnya.

Bahlil juga menyampaikan bahwa transisi energi menjadi fokus utama pemerintah Indonesia. RUPTL 2025-2033 kami rancang dengan target 60% energi baru terbarukan.

"Kami berkomitmen untuk mencapai net zero emission pada 2060, bahkan mendorong agar bisa lebih cepat pada 2050," ujar Bahlil.

Pada kesempatan yang sama, Mary Ng menegaskan dukungan Kanada terhadap transisi energi berkelanjutan di Indonesia. Kanada berkomitmen untuk mendukung transisi energi Indonesia yang adil dan berkelanjutan bersifat substansial.

"Ini termasuk pendanaan iklim global kami sebesar 5,3 miliar dolar Kanada, termasuk Indonesia selama lima tahun terakhir," ujar Mary Ng.

Sebagai bagian dari pendanaan ini, sambung Mary Ng, Kanada mendukung proyek-proyek utama dengan Bank Pembangunan Asia, seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla di Sumatera Utara, serta pembangkit listrik tenaga angin dan surya di Sulawesi Selatan dan Lombok.

Ia juga menyebutkan bahwa Kanada bangga menjadi mitra dalam Just Energy Transition Partnership (JETP), yang bertujuan memobilisasi pembiayaan publik dan swasta hingga USD20 miliar untuk mendukung transisi energi Indonesia.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...