Indonesia Bisa Hemat Rp124 Triliun dari Pensiun Dini PLTU Cirebon dan Banten


Rencana pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon 1 dan Pelabuhan Ratu diperkirakan bisa mencegah beban ekonomi hingga Rp124 triliun.
Laporan terbaru Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) menyebut penutupan kedua PLTU ini akan menghindarkan Indonesia dari dampak polusi udara yang disebut berpotensi menyebabkan 11.400 kematian pada periode 2036-2048. Analis CREA Katherin Hasan mengatakan beban ekonomi yang ditimbulkan akibat polusi udara mencapai Rp67 triliun untuk PLTU Cirebon 1 dan Rp57 triliun untuk PLTU Pelabuhan Ratu.
“Keuntungan ekonomi dari penghentian operasi lebih cepat PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu akan jauh melampaui kebutuhan pendanaan sebanyak US$ 1,13 miliar,” katanya, dalam keterangan resmi, Selasa (4/2).
Katherine menjabarkan transisi ini harus dilakukan dengan mengandalkan energi terbarukan untuk memanfaatkan keuntungan ekonomi tersebut. Menurutnya, rencana pensiun dini PLTU Cirebon 1 sejalan dengan ambisi transisi energi yang dipetakan dalam Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Jawa Barat. Meskipun kapasitas energi terbarukan di Jawa Barat saat ini mencapai 3,7 gigawatt (GW), total proyek energi terbarukan prospektif sebesar 4,6 GW telah terpetakan dan tersebar di seluruh provinsi.
Proyek pembangkit listrik tenaga surya dan air memimpin dengan kapasitas prospektif total tertinggi. Jawa Barat dapat melampaui target 6,8 GW yang ditetapkan pada 2030 dengan memastikan tenaga surya dan air berjalan sesuai rencana, dan juga mendorong upaya pemetaan proyek pembangkit listrik tenaga angin, panas bumi, dan bioenergi.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan jika Indonesia tetap berencana untuk melakukan pensiun dini PLTU Cirebon 1. Hal ini merupakan komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission pada 2060.
"Sebagai bentuk komitmen kita, Indonesia mempensiunkan dini 660 Megawatt PLTU Cirebon-1, tujuh tahun sebelum masa pensiun, kita tarik," ujar Bahlil saat konferensi pers "Pencapaian Kinerja Kementerian ESDM 2024" di Jakarta, Senin (3/2).
Dia mengatakan, pensiun dini PLTU Cirebon-1 bisa dieksekusi karena ada pembiayaan dari Asian Development Bank . Selain itu setelah dilakukan perhitungan, pensiun dini PLTU Cirebon-1 secara ekonomis memungkinkan.
"Jadi kita mau pensiun dini dengan dua syarat, pertama ada yang membiayai, dan saat kita hitung tidak terlalu membebani negara, tidak membebani PLN, dan tidak membebani rakyat. Kalau ada yang membiayai murah seperti ini Alhamdulillah. Kalau bisa kita pensiunkan semua, yang penting ada yang membiayai dong," ujarnya.