Memahami Faktor yang Mempengaruhi dan Rumus Financial Leverage

Tifani
Oleh Tifani
14 November 2022, 14:33
Rumus Financial Leverage
Freepik
Ilustrasi, seorang pebisnis melakukan analisis keuangan.

Financial leverage adalah istilah yang merujuk pada pinjaman modal untuk melakukan investasi atau pembelian aset, bahkan untuk mengerjakan proyek baru dengan harapan pendapatan atau keuntungan modal dari investasi melebihi biaya pinjaman.

Pilihan meminjam modal atau utang untuk berinvestasi atau mengerjakan proyek inilah yang disebut dengan financial leverage. Penggunaan financial leverage dalam membiayai operasi, benar-benar dapat meningkatkan laba atas ekuitas dan laba per saham perusahaan.

Rumus Financial Leverage

Dikutip dari laman ekrut.com, financial leverage tidak hanya merujuk pada utang yang digunakan untuk membiayai pembelian aset, tetapi juga digunakan para pemilik bisnis untuk meningkatkan daya beli di pasarnya. Para ahli berpendapat financial leverage adalah meminjam modal untuk mengembangkan bisnis.

Konsep perhitungan financial leverage adalah rasio antara debt (nilai buku seluruh hutang) terhadap total asset (total aktiva). Apabila membahas Total Aktiva (TA) yang dimaksudkan adalah total nilai buku dari aktiva menurut catatan akuntansi.

Dapat disimpulkan, bahwa rumus menghitung financial leverage adalah:

FL = Total hutang/Total Asset

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Leverage

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai financial leverage, yaitu sebagai berikut :

1. Tingkat Pertumbuhan Penjualan

Tingkat penjualan masa depan merupakan ukuran sampai sejauh mana laba per saham dari suatu perusahaan dengan cara meningkatkan leverage. Jika tingkat pertumbuhan penjualan dan laba perusahaan meningkat, pembiayaan dengan hutang dengan beban tertentu akan meningkatkan dividen pemilik saham.

2. Stabilitas Arus Kas

Semakin besar stabilitas penjualan dan laba perusahaan, maka beban hutang tetap yang harus ditanggung pembiayaannya akan mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki kondisi penjualan dan labanya menurun.

3. Stabilitas Laba

Kemampuan perusahaan untuk membayar beban hutang tergantung pada profitabilitas dan juga volume penjualannya. Dengan demikian stabilitas laba dapat mempengaruhi financial leverage sebuah perusahaan seperti halnya stabilitas arus kas.

4. Struktur Aktiva

Struktur aktiva dapat mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan melalui beberapa cara. Perusahaan dengan aktiva tetap jangka panjang dan mempunyai permintaan produk dari konsumen yang cukup meyakinkan, akan banyak menggunakan utang hipotek jangka panjang.

5. Sikap Manajemen

Sikap manajemen perusahaan dalam memilih cara pembiayaan merupakan sikapnya terhadap pengendalian dan risiko. Perusahaan besar akan lebih memilih untuk menjual sahamnya karena karena penjualan ini tidak akan banyak mempengaruhi pengendalian perusahaan.

Sementara itu, perusahaan kecil kemungkinan besar akan memilih untuk tidak sering-sering menerbitkan saham biasa dalam usahanya sehingga tetap bisa mengendalikan perusahaan sepenuhnya karena mereka melihat prospek perusahaan yang baik untuk kedepannya.

6. Sikap Pemberi Pinjaman

Sikap manajemen tentunya menginginkan untuk menggunakan leverage melampaui batas normal untuk bidang industrinya. Sementara itu pihak pemberi pinjaman mungkin tidak bersedia untuk memberi tambahan pinjaman karena pihaknya berpendapat bahwa hutang yang terlalu besar akan mengurangi penilaian kredibilitas yang dibuat sebelumnya.

Terjadinya financial leverage pada saat perusahaan menggunakan sumber dana yang menimbulkan beban tetap. Ketika perusahaan menggunakan hutang jangka pajang, maka semua biaya bersifat variabel di mana perusahaan harus membayar bunganya. Oleh karenanya, perusahaan harus menghasilkan jumlah produk yang besar dengan tingkat penjualan yang tinggi.

Risiko Financial Leverage

Meskipun financial leverage dapat menghasilkan perhitungan pendapatan bagi perusahaan, hal itu juga dapat mengakibatkan kerugian yang tidak proporsional. Kerugian dapat terjadi ketika pembayaran beban bunga untuk aset membebani peminjam karena pengembalian dari aset tidak mencukupi.

Hal ini dapat terjadi ketika aset menurun nilainya atau tingkat suku bunga naik ke tingkat yang tidak dapat dikelola. Beberapa risiko yang terjadi adalah seperti:

1. Volatilitas Harga Saham

Jumlah financial leverage yang meningkat dapat mengakibatkan perubahan besar dalam keuntungan perusahaan. Akibatnya, harga saham perusahaan akan lebih sering naik dan turun, dan akan menghambat pembukuan opsi saham yang dimiliki oleh karyawan perusahaan.

Kenaikan harga saham berarti perusahaan akan membayar bunga yang lebih tinggi kepada pemegang saham.

2. Kebangkrutan

Dalam bisnis yang memiliki hambatan masuk yang rendah, pendapatan dan keuntungan lebih cenderung berfluktuasi daripada dalam bisnis dengan hambatan masuk yang tinggi. Fluktuasi pendapatan dapat dengan mudah mendorong perusahaan ke dalam kebangkrutan karena tidak dapat memenuhi kewajiban hutangnya yang meningkat dan membayar biaya operasionalnya.

Dengan hutang yang belum dibayar yang membayangi, kreditor dapat mengajukan kasus ke pengadilan kebangkrutan agar aset bisnis dilelang untuk mendapatkan kembali hutang mereka.

3. Mengurangi Akses ke Lebih Banyak Hutang

Saat meminjamkan uang kepada perusahaan, penyedia keuangan menilai tingkat leverage keuangan perusahaan. Untuk perusahaan dengan rasio hutang terhadap ekuitas yang tinggi, pemberi pinjaman cenderung tidak memajukan dana tambahan karena ada risiko gagal bayar yang lebih tinggi.

Namun, jika pemberi pinjaman setuju untuk memajukan dana ke perusahaan dengan leverage tinggi, itu akan meminjamkan dengan tingkat bunga yang lebih tinggi yang cukup untuk mengkompensasi risiko gagal bayar yang lebih tinggi.

4. Leverage Operasi

Leverage operasi didefinisikan sebagai rasio biaya tetap terhadap biaya variabel yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu. Jika biaya tetap melebihi jumlah biaya variabel, maka perusahaan dianggap memiliki leverage operasi yang tinggi.

Perusahaan semacam itu sensitif terhadap perubahan volume penjualan dan volatilitas dapat memengaruhi EBIT perusahaan dan pengembalian modal yang diinvestasikan. Leverage operasi yang tinggi biasa terjadi di perusahaan padat modal seperti perusahaan manufaktur karena mereka membutuhkan sejumlah besar mesin untuk memproduksi produk mereka.

Terlepas dari apakah perusahaan melakukan penjualan atau tidak, perusahaan perlu membayar biaya tetap seperti penyusutan peralatan, biaya overhead pada pabrik, dan biaya pemeliharaan.

Editor: Agung

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...