Kerja Sama Selatan-Selatan, Sejarah dan Tujuan Pembentukannya

Image title
8 Januari 2024, 06:05
Kerja Sama Selatan-Selatan
Deccan Herald
Ilustrasi, lambang Kantor PBB untuk Kerja Sama Selatan-Selatan.
Button AI Summarize

Dalam debat ketiga Pilpres 2024 yang berlangsung pada Minggu (7/1), ada satu bahasan menarik terkait dengan topik hubungan internasional, yakni Kerja Sama Selatan-Selatan atau South-South Cooperation. Dalam debat, calon presiden nomor urut 1 dan 2, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto saling menyanggah pemikiran masing-masing terkait topik ini.

Prabowo menjelaskan posisi Indonesia di kelompok negara-negara kerja sama ini. Ia berpendapat saat ini Indonesia telah menjadi panutan negara-negara berkembang. Anies kemudian menanggapi, dengan mengatakan penjelasan Prabowo tidak menggambarkan peran Indonesia di kelompok kerja sama tersebut.

Terlepas dari saling sanggah yang terjadi dalam debat ketiga Pilpres 2024 tersebut, tak ada yang menyangkal bahwa Kerja Sama Selatan-Selatan telah menjadi landasan penting bagi negara-negara berkembang dalam upaya mengatasi tantangan pembangunan global.

Bagaimana kelompok kerja sama negara-negara berkembang ini terbentuk, serta apa tujuan pembentukannya? Simak penjelasannya dalam ulasan berikut ini.

Kerja Sama Selatan-Selatan.
Kerja Sama Selatan-Selatan. (Dialogo Chino)

Sejarah Terbentuknya Kerja Sama Selatan-Selatan

Sebagai inisiatif kolaboratif antara negara-negara di wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Latin, kelompok kerja sama ini mewakili semangat solidaritas dan saling menguntungkan di antara negara-negara dengan tingkat perkembangan ekonomi yang serupa.

Perjalanan Kerja Sama Selatan-Selatan dimulai pada pertengahan abad ke-20, seiring dengan munculnya banyak negara baru yang merdeka dari cengkeraman kolonialisme.

Konsep ini diperkuat oleh Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang dilaksanakan di Bandung, Indonesia pada 1955. KAA memainkan peran penting dalam meletakkan dasar bagi konsep kerja sama antar negara berkembang ini. Saat itu, para pemimpin dari 29 negara Asia dan Afrika berkumpul membahas keprihatinan bersama seperti kolonialisme, pembangunan ekonomi, dan pertukaran budaya.

Konsep Kerja Sama Selatan-Selatan kemudian mendapat pengakuan luas di tingkat global. Pada 1964 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk kelompok G-77. Ini merupakan kelompok yang dibentuk untuk mempromosikan kerja sama ekonomi antar negara berkembang.

G-77 memainkan peran penting dalam mengadvokasi kepentingan negara-negara berkembang. Awalnya, kelompok ini beranggotakan 77 negara, sesuai namanya. Namun, dalam perjalannya, negara anggota kelompok ini terus bertambah. Saat ini, G-77 beranggotakan 134 negara, termasuk di dalamnya Indonesia.

Menindaklanjuti pentingnya mendorong kerja sama antar negara berkembang, pada 15 September 1974 dibentuk Kantor PBB untuk Kerja Sama Selatan-Selatan atau United Nations Office for South-South Cooperation (UNOSSC). Unit ini beroperasi di bawah Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Development Programme/UNDP)

Konsep kerja sama ini semakin diperkuat melalui Rencana Aksi Buenos Aires atau The Buenos Aires Plan of Action, yang diadopsi oleh PBB pada 1978. Rencana ini utamanya mengenai kerja sama teknis antar negara berkembang. Rencana Aksi Buenos Aires merupakan dokumen penting, yang menguraikan prinsip-prinsip kemandirian, saling menguntungkan, dan solidaritas antar negara berkembang.

Kerja Sama Selatan-Selatan telah memegang peran yang semakin penting dan relevan di abad ke-21 sebagai respons terhadap dinamika perubahan global dan tantangan pembangunan yang semakin kompleks.

Kerja sama ini melibatkan kolaborasi antara negara-negara berkembang untuk saling bertukar pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Di era informasi dan globalisasi, Kerja sama ini memainkan peran kunci dalam mempromosikan keadilan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan keberlanjutan lingkungan.

Peran utamanya termanifestasi dalam berbagai bidang. Dalam konteks ekonomi, negara-negara berkembang semakin aktif dalam meningkatkan kerja sama perdagangan, investasi, dan transfer teknologi. Ini tidak hanya menciptakan peluang pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada bantuan luar negeri.

Kerja sama ini juga terlihat dalam sektor kesehatan, dimana negara-negara selatan saling mendukung dalam penanganan pandemi, pertukaran informasi medis, dan transfer teknologi di bidang farmasi.

Pentingnya Kerja Sama Selatan-Selatan juga tercermin dalam upaya bersama untuk mengatasi tantangan lingkungan, seperti perubahan iklim dan degradasi sumber daya alam.

Negara-negara berkembang semakin bekerja sama dalam inisiatif energi terbarukan, pelestarian hutan, dan adaptasi terhadap dampak lingkungan yang merugikan. Kolaborasi ini tidak hanya mendukung pembangunan berkelanjutan, tetapi juga memperkuat posisi negara-negara berkembang dalam forum global.

Kerja Sama Selatan-Selatan.
Kerja Sama Selatan-Selatan. (UNOSSC)

Tujuan Kerja Sama Selatan-Selatan

South-South Cooperation berperan penting meningkatkan kolaborasi dan solidaritas di antara negara-negara berkembang untuk mengatasi tantangan pembangunan bersama dan mencapai pembangunan berkelanjutan.

Setidaknya terdapat sembilan tujuan dan sasaran utama Kerjasama Selatan-Selatan, antara lain:

1. Mendorong Pembangunan Ekonomi

Kerja Sama Selatan-Selatan bertujuan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antar negara berkembang, mendorong perdagangan, investasi, dan pertukaran teknologi. Tujuannya adalah untuk memperkuat kapasitas ekonomi negara-negara peserta, mengurangi kesenjangan, dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...