Menapak Kesuksesan Steam, Platform Gim yang Sempat Diblokir Kominfo
Kementerian Komunikasi dan Informatika telah memblokir tujuh situs serta aplikasi pada Sabtu (30/7) lalu, salah satunya adalah platform gim daring, Steam. Penutupan akses ketujuh platform ini lantaran mereka belum mendaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik alias PSE hingga waktu yang telah Kominfo tentukan.
Kebijakan ini menuai protes dari masyarakat, hingga tidak sampai satu minggu Kominfo sudah merelaksasi peraturan untuk beberapa aplikasi. Terkhusus Steam, pemblokiran dari Kominfo hanya berlaku empat hari, sebab pada Selasa (2/8) platform tersebut sudah bisa diakses lagi.
Ide Pengembangan Steam
Membahas Steam tentu tidak bisa terlepas dari pengembang gim bernama Valve, yang dibangun Gabe Newell. Lelaki ini dulunya bekerja di Microsoft selama 13 tahun, di sanalah ia belajar mengenai bisnis perangkat lunak. Bersama rekannya, Mike Harrington, Valve resmi berdiri pada 1996 di Kirkland, Washington, Amerika Serikat.
Valve mengembangkan gim pertama mereka bernama Half-Life. Gim ini dibuat dengan memodifikasi perangkat lunak Quake engine buatan id Software. Setelah dua tahun dikembangkan, pada November 1998 gim ini diluncurkan oleh publisher Sierra On-Line. Menurut catatan Hybrid, gim ini sangat populer bahkan hingga kini dikenal sebagai sebuah gim yang legendaris.
Walaupun gim ini sukses, Valve tidak memanfaatkan momen untuk meluncurkan gim baru. Justru, mereka meluncurkan expansion packs dari Half-Life pada 1999 yaitu Half Life: Opposing Force dan Half-Life: Blue Shift pada 2001. Di periode yang sama, Valve juga mengajak komunitas modifikasi alias mod untuk mengembangkan Half-Life versi mereka. Salah satu modifikasi yang sukses adalah Counter-Strike yang kini populer dengan nama Counter-Strike: Global Offensive (CSGO).
Visi Valve tidak sebatas mengembangkan gim. Mereka ingin mengembangkan sebuah game engine agar para pengembang bisa dengan mudah memberi pembaruan, fitur, dan teknologi baru dalam gimnya. Dari ide inilah, Valve mengembangkan platform Steam.
Lahirnya Steam
Steam pertama kali dikenalkan dalam perhelatan Game Developers Conference (GDC) 2022. Setahun berlalu, tepatnya pada 12 September 2003, barulah Valve meluncurkan Steam secara resmi. Pada era ini, Steam berperan sebagai wadah pembaruan otomatis untuk game Valve seperti Counter-Strike.
Adanya inovasi tentu tidak serta merta diterima dengan mudah oleh masyarakat, termasuk kedatangan Steam ini. Kala itu, masyarakat Amerika menganggap Steam sebagai ancaman atas gim PC yang lebih populer pada masa itu dan tidak membutuhkan internet untuk memainkannya.
Di sisi lain, gim di Steam hanya bisa diakses dengan koneksi internet yang baik, padahal kala itu hanya 20% rumah di Amerika yang memiliki akses ke internet. Dengan koneksi internet yang belum memadai pada masanya, kecepatan unduh gim menjadi lambat, tampilan gim tidak sempurna, hingga pengembang sering kali memperbarui patch di gim mereka.
Fitur Steam kemudian diperluas pada akhir 2005 untuk mendistribusikan dan menawarkan judul penerbit gim pihak ketiga seperti yang dilakukan saat ini. Langkah masif Steam ini berhasil mengubah konsep aplikasi dari platform untuk mengunduh gim, menjadi sebuah platform untuk membeli banyak gim. Melansir laman PC Gamer, gim pihak ketiga yang pertama kali rilis di Steam adalah Ragdoll Kung Fu dan Darwinia.
Hingga akhir 2021, Steam mencatat ada 132 juta pemain aktif per bulannya alias monthly active user (MAU) dan 69 juta pengguna aktif per harinya alias daily active players (DAP). Kedua angka ini meningkat sekitar 10% bila dibandingkan dengan tahun lalu, yakni 120 juta MAP dan 62,6 juta DAP.
Berkat jangkauan pengembang dan pemain global, Steam menyediakan lebih dari 30.000 pilihan gim hingga Mei lalu. Dari sekian banyak gim, Counter-Strike: Global Offensive (CSGO) dan Dota 2 menjadi dua gim yang paling banyak dimainkan per Jumat (5/8). Laman Steam mencatat, jumlah pengguna yang memainkan CSGO bersamaan (all time peak concurrent players) mencapai 1,3 juta pengguna sementara Dota 2 sebanyak 1,2 juta.
Beberapa gim hasil pengembang lokal pun sudah banyak tersedia di Steam, salah satunya adalah Dreadout pengembang asal Bandung, Digital Happiness. Gim bertema horor ini pertama kali rilis pada April 2013 dan berhasil menembus pasar global. Bahkan YouTuber gaming PewDiePie memainkan gim ini dan menyiarkannya dalam kanal YouTubenya. Berkat itu, Dreadout semakin dikenal hingga Digital Happiness merilis sekuel bernama DreadOut 2.
Kesuksesan Gabe Newell membuat ia dikenal dengan nama Lord Gaben oleh para gamers. Hingga 2021, Bloomberg mencatat nilai kekayaan lelaki berusia 60 tahun ini sebesar US$ 8,02 miliar atau setara Rp 116,2 triliun. (kurs Rp 14.500).