Thales Alenia Space, Perusahaan Dirgantara Prancis Pembuat SATRIA-1
Satelit Nusantara Tiga atau Satelit Republik Indonesia (SATRIA) akan meluncur lima hari lagi (19/6/2023). Satelit internet ini diproduksi oleh perusahaan manufaktur antariksa Prancis, Thales Alenia Space (TAS).
Proses produksi satelit oleh TAS berlangsung sekitar tiga tahun dari September 2020 hingga Mei 2023. Bisnis Thales tak cuma berkutat pada kedirgantaraan, tapi lebih luas dari itu, mereka bergerak di bisnis teknologi satelit untuk sektor kedirgantaraan, pertahanan, keamanan, serta transportasi.
“Kami membuat sistem manajemen identitas dan teknologi perlindungan data, membantu bank bertukar dana, mempermudah orang menjelajah, membuat energi menjadi lebih pintar, dan banyak lagi,” demikian deskripsi perusahaan yang tertulis dalam situs resmi mereka.
Lebih dari 30.000 organisasi mengandalkan Thales untuk memverifikasi identitas orang dan benda, memberikan akses ke layanan digital, menganalisis informasi dalam jumlah besar, dan mengenkripsi data.
Pada awal 2019, Thales mengakuisisi perusahaan keamanan internasional Gemalto. Mereka menggunakan teknologi Gemalto untuk menciptakan sistem keamanan digital yang unggul.
SATRIA Diangkut Lewat Laut
Thales Alenia Space sebelumnya berencana mengirim SATRIA-1 dari Prancis menuju Amerika Serikat. SATRIA-1 akan meluncur dari Payload Processing Facility SpaceX di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Namun pada Maret 2022 lalu rencana pengangkutan satelit internet ini menggunakan pesawat kargo terbesar di dunia, Antonov AN-225 batal. Pesawat tersebut diserang Rusia saat menginvasi Ukraina. Thales akhirnya memutar otak menjajaki ketersediaan transportasi dan akhirnya memilih jalur laut.
Perlu waktu hingga 17 hari dari Cannes,Prancis sampai satelit milik Indonesia itu berlabuh di Florida.
Saat ini, satelit telah berada di Payload Processing Facility SpaceX di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat untuk melalui berbagai tahap persiapan, termasuk pemasangan rocket adapter dan fairing (penutup satelit) pada roket peluncur.
Pada tanggal 15 dan 16 Juni 2023, fairing yang berisi satelit akan diintegrasikan dengan roket peluncur yang terdiri dari Stage 1 dan Stage 2. Setelah itu, roket akan dipindahkan dari hangar ke launch pad. Countdown peluncuran akan dimulai 4 jam sebelum peluncuran dan komputer akan mengambil alih proses peluncuran 60 detik sebelumnya.
Satelit SATRIA 1 akan dibawa ke orbit oleh roket Falcon 9 milik Space Exploration Technologies Corporation, atau dikenal dengan SpaceX. Setelah diluncurkan pada pertengahan Juni, satelit Satria-1 akan beroperasi pada Triluwan ke-IV pada tahun 2023.
CEO Thales Alenia Space, Herve Derrey menjelaskan konstruksi SATRIA-1 berlangsung di tiga tempat, yaitu Toulouse, Belfast dan Cannes. SATRIA-1 terdiri dari empat tingkat dengan lokasi produksi yang berbeda untuk setiap bagiannya.
“Yang berkaitan dengan pilot diproses di Toulouse, untuk base di Belfast Irlandia, dan perakitan terakhir di Cannes sekaligus pengujiannya,” jelasnya.
Derrey mengatakan bahwa pembangunan SATRIA-1 dengan jangkauan tinggi akan mengikis kesenjangan digital Indonesia. Thales merancang SATRIA-1 secara spesifik untuk kebutuhan layanan di daerah yang punya banyak pulau seperti Indonesia.
“Prosesnya kompleks, banyak pengujian, membutuhkan fasilitas yang sangat kompleks, termasuk pengujian vakum. Jadi teknisi kami mengerjakan kebutuhan yang sangat spesifik dari Indonesia ini, kami bisa memberikan yang terbaik,” katanya.