Profil Shinta Kamdani, Perempuan Pertama Pimpin Apindo
Asosiasi Pengusaha Indonesia telah menunjuk pemimpin baru untuk periode 2023 hingga 2028, yakni Shinta WIdjaja Kamdani. Ia berhasil menjadi perempuan pertama yang memimpin Apindo sejak awal berdiri tahun 1952.
Shinta terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Nasional Apindo kemarin, Kamis (15/6). Sebelumnya ia menjabat sebagai wakil ketua umum Apindo dan hanya dialah calon tunggal untuk posisi puncak Apindo.
Perempuan berusia 56 tahun ini sudah malang melintang di dunia bisnis Tanah Air. Ia menjabat CEO Sintesa Group yang sudah berdiri sejak 1919.
Dari tangannya, Shinta mengubah arah bisnis perusahaan kakeknya, Oey Klim Tjiang. Dari awalnya fokus ke penanaman karet bernama NV Handelsbouw en cultuur Maatschappij hingga kini menjadi perusahaan holding investasi.
Momen krusial reformasi Sintesa Group terjadi di Era Reformasi. Setelah berganti nama dari N.V Handelsbouw en cultuur Maatschappij menjadi PT Tigaraksa, perusahaan fokus ke bidang perdagangan. Lalu, pada 1999, Shinta menggabungkan banyak perusahaan independen menjadi satu kesatuan menjadi Sintesa Group.
Pada Harvard Business School, Shinta mengaku transisinya ke posisi CEO tidak mudah. Terlebih lagi karena ia adalah minoritas dari tiga sisi di rakyat Indonesia. Ia adalah perempuan, non-Muslim, dan etnis Cina.
Pebisnis Perempuan Terpandang Tanah Air
Kiprah Shinta di bidang bisnis juga mengantarkannya masuk dalam daftar Forbes bertajuk Asia’s 50 Powerful Businesswomen alias 50 Pebisnis Perempuan Terkuat se-Asia. Tercatat sudah tiga kali ia masuk daftar ini, yaitu pada 2012, 2013, dan 2016.
Ibu empat anak ini juga pernah menjadi Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri alias KADIN Indonesia. Bahkan secara global, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pernah memilih Shinta sebagai satu dari 30 pemimpin perusahaan global untuk bergabung dalam Investor Global untuk Pembangunan Berkelanjutan alias GISD Alliance.
Terbaru, pada Presidensi G20 Indonesia 2021 lalu, Shinta ditunjuk sebagai Ketua Forum B20. Ini adalah forum pembahasan khusus bidang bisnis di antara 20 negara anggota G20. Terpilihnya Shinta menjadikannya sebagai perempuan Asia pertama yang menduduki jabatan puncak forum bisnis itu.
Shinta Kecil Alami Bullying
Shinta lahir di Jakarta pada 1967 sebagai anak pertama dari pasangan pengusaha Johnny Widjaja dan atlet tenis Martina Widjaja. Melansir wawancara dengan SWA, lahir di keluarga pengusaha tidak serta-merta membuat Shinta duduk di tampuk kepemimpinan perusahaan kakeknya.
Saat di sekolah dasar, ia sudah mulai berjualan kecil-kecilan di sekolah dan membantu pekerjaan administrasi di kantor orangtuanya. Meski sudah berjualan sejak SD, hasil usaha ini baru ia rasakan pada jenjang sekolah menengah pertama ketika berjualan buku. Kala itu ia harus berjualan langsung dari pintu ke pintu.
“Itulah pertama kalinya saya benar-benar terekspos untuk berjualan. Dan saya merasa berjualan adalah hal paling mudah sebab dapat dimulai pada usia berapa pun,” kata Shinta kepada SWA.
Lulus SMP, orangtuanya mengirim Shinta merantau ke luar negeri. Sekolah yang dipilihkan pun sekolah khusus perempuan dan Shinta menjadi satu-satunya orang Asia di sana. Keadaan ini kian diperparah dengan kemampuan bahasa Inggrisnya yang waktu itu masih pas-pasan. Karena itu, ia sempat menjadi korban perundungan atau bullying dari teman satu sekolahnya.
Pengalaman perundungan itu tidak menyurutkan niat Shinta untuk menuntut ilmu di luar negeri. Bahkan dua gelar yang ia pegang berasal dari universitas negara Paman Sam. Mulai dari Barnard College di Columbia University pada 1989 dan lanjut ke Harvard Business School pada 2002. Adapun Barnard College ialah kampus khusus wanita yang juga menerima murid transgender.
Memulai Karier dari Bawah
Lulus dari kuliah, Shinta tidak langsung ditarik keluarganya ke Sintesa Group. Anak sulung ini pernah magang di Revlon dan Price PricewaterhouseCoopers alias PwC di Amerika Serikat. Barulah setelah itu ia memulai kariernya dari bawah di Tigaraksa Satria.
Posisi awalnya ia masuk ke bagian promotion dan marketing di perusahaan yang bergerak di bagian produksi konsumen pada 1989. Shinta mengatakan pada tahun itu perusahaan baru memulai usaha baru di bidang direct sales dan multilevel marketing untuk produk kosmetik.
“Saya dipromosikan dari posisi staf biasa dan mulai keliling tiap minggu ke berbagai daerah di indonesia, tidak di Jakarta terus,” kata istri Irwan Kamdani tersebut.
Barulah pada 1993 ia berhasil naik jenjang karir ke level manajemen. Di sini dia mulai bekerja untuk ayahnya dan melihat perusahaan keluarga dalam kacamata yang lebih luas.
Dengan bekerja dengan ayahnya, Johnny Widjaja, ia melihat perlu ada penyatuan perusahaan independen di bawah Tigaraksa. Atas pengamatan itu, berdirilah Sintesa Group dan perlahan Shinta menjadi CEO perusahaan berusia lebih seabad itu.